Sunday, August 14, 2016
Kisah-Kisah
KISAH KEPAHLAWANAN SHALAHUDDIN AL-AYYUBI
KISAH
TENTANG KEPAHLAWANAN
SHALAHUDDIN
AL-AYYUBI
Kali
ini kita akan bercerita tentang seorang laki-laki mulia dan memiliki peranan
yang besar dalam sejarah Islam, seorang panglima besar Islam, serta kebanggaan
suku Kurdi, ia adalah Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi atau yang
lebih dikenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi atau juga dikenal Saladin oleh para
Ksatria Templar pada masa Perang Salib. Ia adalah seorang laki-laki yang
mungkin sebanding dengan seribu laki-laki lainnya.
Asal dan Masa Pertumbuhannya
Shalahuddin
al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan
oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku
Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak
antara Baghdad dan Mosul.
Ia
melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa
Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.
Karena
suatu alasan, kelahiran Shalahuddin memaksa ayahnya untuk meninggalkan Tikrit
sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya ini menyusahkan dan merugikannya.
Namun
kala itu ada orang yang menasihatinya, “Engkau
tidak pernah tahu, bisa jadi anakmu ini akan menjadi seorang raja yang
reputasinya sangat cemerlang.”
Dari
Tikrit, keluarga Kurdi ini berpindah menuju Mosul. Sang ayah, Najmuddin Ayyub
tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yakni Imaduddin az-Zanki.
Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan
yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat.
Di
lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda, menggunakan senjata, dan tumbuh
dalam lingkungan yang sangat mencintai jihad. Di tempat ini juga Shalahuddin
kecil mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam , mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.
Diangkat Menjadi Mentri di
Mesir
Sebelum
kedatangan Shalahuddin al-Ayyubi, Mesir merupakan wilayah kekuasaan kerajaan
Syiah, Daulah Fathimiyah. Kemudian pada masa berikutnya Dinasti Fathimiyah yang
berjalan stabil mulai digoncang pergolakan di dalam negerinya.
Orang-orang
Turki, Sudan, dan Maroko menginginkan adanya revolusi. Saat itu Nuruddin
Mahmud, paman Shalahuddin, melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan
Syiah ini, ia berpandangan penaklukkan Daulah Fathimiyyah adalah jalan lapang
untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.
Nuruddin
benar-benar merealisasikan cita-citanya, ia mengirim pasukan dari Damaskus yang
dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh untuk membantu keponakannya, Shalahuddin
al-Ayyubi, di Mesir.
Mengetahui
kedatangan pasukan besar ini, sebagian Pasukan Salib yang berada di Mesir pun
lari kocar-kacir sehingga yang dihadapi oleh Asaduddin dan Shalahuddin hanyalah
orang-orang Fathimyah saja. Daulah Fathimiyah berhasil dihancurkan dan
Shalahuddin diangkat menjadi mentri di wilayah Mesir.
Namun
tidak lama menjabat sebagai menteri di Mesir, dua bulan kemudian Shalahuddin
diangkat sebagai wakil dari Khalifah Dinasti Ayyubiyah.
Selama
dua bulan memerintah Mesir, Shalahuddin membuat kebijakan-kebijakan progresif yang
visioner. Ia membangun dua sekolah besar berdasarkan madzhab Ahlussunnah wal
Jamaah.
Hal
ini ia tujukan untuk memberantas pemikiran Syiah yang bercokol sekian lama di
tanah Mesir. Hasilnya bisa kita rasakan hingga saat ini, Mesir menjadi salah
satu negeri pilar dakwah Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan lainnya
yang ia lakukan adalah mengganti penyebutan nama-nama khalifah Fathimiyah
dengan nama-nama khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.
Penaklukan Jerusalem
Persiapan
Shalahuddin untuk menggempur Pasukan Salib di Jerusalem benar-benar matang. Ia
menggabungkan persiapan keimanan (non-materi) dan persiapan materi yang luar
biasa.
Persiapan
keimanan ia bangun dengan membersihkan akidah Syiah bathiniyah dari dada-dada
kaum muslimin dengan membangun madrasah dan menyemarakkakn dakwah, persatuan
dan kesatuan umat ditanamkan dan dibangkitkan kesadaran mereka menghadapi
Pasukan Salib.
Dengan
kampanyenya ini ia berhasil menyatukan penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan
Maroko di bawah satu komando. Dari persiapan non-materi ini terbentuklah sebuah
pasukan dengan cita-cita yang sama dan memiliki landasan keimanan yang kokoh.
Dari
segi fisik Shalahuddin mengadakan pembangunan markas militer, benteng-benteng
perbatasan, menambah jumlah pasukan, memperbaiki kapal-kapal perang, membangun
rumah sakit, dll.
Pada
tahun 580 H, Shalahuddin menderita penyakit yang cukup berat, namun dari situ tekadnya
untuk membebaskan Jerusalem semakin membara. Ia bertekad apabila sembuh dari sakitnya,
ia akan menaklukkan Pasukan Salib di Jerusalem, membersihkan tanah para nabi
tersebut dari kesyirikan trinitas.
Dengan
karunia Allah, Shalahuddin pun sembuh dari sakitnya. Ia mulai mewujudkan
janjinya untuk membebaskan Jerusalem.
Pembebasan
Jerusalem bukanlah hal yang mudah, Shalahuddin dan pasukannya harus menghadapi
Pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu, perang ini dinamakan Perang Hathin,
perang besar sebagai pembuka untuk menaklukkan Jerusalem. Dalam perang tersebut
kaum muslimin berkekuatan 63.000 pasukan yang terdiri dari para ulama dan orang-orang
shaleh, mereka berhasil membunuh 30000 Pasukan Salib dan menawan 30000 lainnya.
Setelah
menguras energy di Hathin, akhirnya kaum muslimin tiba di al-Quds, Jerusalem,
dengan jumlah pasukan yang besar tentara-tentara Allah ini mengepung kota suci
itu.
Perang
pun berkecamuk, Pasukan Salib sekuat tenaga mempertahankan diri, beberapa
pemimpin muslim pun menemui syahid mereka –insya Allah- dalam peperangan ini.
Melihat keadaan ini, kaum muslimin semakin bertambah semangat untuk segera
menaklukkan Pasukan Salib.
Untuk
memancing emosi kaum muslimin, Pasukan Salib memancangkan salib besar di atas
Kubatu Shakhrakh.
Shalahuddin
dan beberapa pasukannya segera bergerak cepat ke sisi terdekat dengan Kubbatu
Shakhrakh untuk menghentikan kelancangan Pasukan Salib. Kemudian kaum muslimin
berhasil menjatuhkan dan membakar salib tersebut. Setelah itu, jundullah menghancurkan
menara-menara dan benteng-benteng al-Quds.
Pasukan
Salib mulai terpojok, merek tercerai-berai, dan mengajak berunding untuk
menyerah. Namun Shalahuddin menjawab, “Aku tidak akan menyisakan seorang pun
dari kaum Nasrani, sebagaimana mereka dahulu tidak menyisakan seorang pun dari umat
Islam (ketika menaklukkan Jerusalem)”.
Namun
pimpinan Pasukan Salib, Balian bin Bazran, mengancam “Jika kaum muslimin tidak
mau menjamin keamanan kami, maka kami akan bunuh semua tahanan dari kalangan umat
Islam yang jumlahnya hampir mencapai 4000 orang, kami juga akan membunuh
anak-anak dan istri-istri kami, menghancurkan bangunan-bangunan, membakar harta
benda, menghancurkan Kubatu Shakhrakh (Dome of The Rock), membakar apapun yang
bisa kami bakar, dan setelah itu kami akan hadapi kalian sampai darah penghabisan!
Satu orang dari kami akan membunuh satu orang dari kalian! Kebaikan apalagi
yang bisa engkau harapkan!” Inilah ancaman yang diberikan Pasukan Salib kepada
Shalahuddin dan pasukannya.
Shalahuddin
pun mendengarkan dan menuruti kehendak Pasukan Salib dengan syarat setiap
laki-laki dari mereka membayar 10 dinar, untuk perempuan 5 dinar, dan anak-anak
2 dinar. Pasukan Salib pergi meninggalkan Jerusalem dengan tertunduk dan hina. Kaum
muslimin berhasil membebaskan kota suci ini untuk kedua kalinya.
Shalahuddin
memasuki Jerusalem pada hari Jumat 27 Rajab 583 H / 2 Oktober 1187, kota
tersebut kembali ke pangkuan umat Islam setelah selama 88 tahun dikuasai oleh
orang-orang Nasrani.
Kemudian
ia mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid al-Aqsha, membersihkannya
dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan kehormatan masjid tersebut.
Wafatnya Sang Pahlawan
Sebagaimana
manusia sebelumnya, baik dari kalangan nabi, rasul, ulama, panglima perang dan
yang lainnya, Shalahuddin pun wafat meninggalkan dunia yang fana ini. Ia wafat
pada usia 55 tahun, pada 16 Shafar 589 H bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di
Kota Damaskus.
Ia
meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari. Orang-orang ramai menyalati
jenazahnya, anak-anaknya Ali, Utsman, dan Ghazi turut hadir menghantarkan sang
ayah ke peristirahatannya. Semoga Allah meridhai, merahmati, dan membalas
jasa-jasa engkau wahai pahlawan Islam, sang pembebas Jerussalem.
Sumber:
Shalahuddin
al-Ayyubi Bathalu al-Hathin oleh Abdullah Nashir Unwan
Shalahuddin
al-Ayyubi oleh Basim al-Usaili
Shalahuddin
al-Ayyubi oleh Abu al-Hasan an-Nadawi
islamstroy.com
ditunggu update barunya gan, salam kenal n kunjungan
ReplyDeletePersebaya
http://teampersebayasurabaya1927.blogspot.co.id/search/label/sejarah%20persebaya
blognya sangat bagus kak
ReplyDeletecrane indonesia
Casino Wyndham - Mapyro
ReplyDeleteFind your perfect getaway at Casino 바카라 총판 Wyndham 아산 출장샵 and 포천 출장샵 other Wyndham casinos in Wyndham. See 100 photos and read 40 tips and 청주 출장마사지 reviews. 인천광역 출장마사지