Info

PERSEKUTUAN JIN DAN MANUSIA (Part.2)

PERSEKUTUAN JIN DAN MANUSIA
(Part.2)



Sihir Adalah Persekutuan Antara Manusia dan Jin

 Upaya Jin dan Setan Menyesatkan Manusia Melalui Sihir

Salah satu bentuk persekutuan antara manusia dan jin adalah dalam bentuk sihir. Secara etimologi kata “sihir” diambil dari kata “sahar” yang mempunyai arti  “akhir waktu malam dan awal terbitnya fajar”.
Saat itu bercampur antara gelap dan terang, sehingga segala sesuatu menjadi nampak tidak jelas atau tidak sepenuhnya jelas. Demikian itulah sihir, terbayang oleh sesuatu namun sesungguhnya sesuatu itu tidak ada.
Dari pengertian di atas, Dr.Umar Sulaeman Al-Asqor membagi jenis sihir menjadi tiga, yaitu Pertama, Sihir Hakiki. Sihir jenis ini dibedakan menjadi dua, sihir mantera dan sihir yang sekarang lebih dikenal sebagai Hipnotis. Kedua, Sihir Ilusi dan yang Ketiga, Sihir Majazi atau sihir kiasan. Dari ketiga jenis sihir tersebut kita hanya membicarakan sihir mantera, sebab dari jenis sihir inilah persekutuan antara manusia dan bangsa jin nampak begitu jelas.
Sihir mantera menurut definisinya adalah sihir yang dilakukan dengan cara meminta bantuan “Spiritualisme”. Sihir jenis ini selalu menggunakan “simbol-simbol doa”, baik berupa ucapan (mantera) maupun tulisan (rajah atau jimat).
Muhammad Ja’far menyatakan bahwa sihir dengan menggunakan model mantera adalah perbuatan yang dilakukan oleh tukang sihir dengan pertolongan setan atau dalam penulisannya atas dasar suruhan setan. Mantera apapun model dan jenisnya adalah tulisan-tulisan setan yang erat sekali hubungannya dengan kekufuran.
Semua mantera ditulis dalam bentuk yang sangat rumit, susah difahami dan dimengerti maksudnya bagi orang lain, terutama bagi mereka yang tahu menahu tentang dunia perdukunan. Mantera memang dibuat dengan tulisan yang berantakan, ini dilakukan agar orang-orang yang membacanya menemui kesulitan dalam memahaminya kecuali bagi mereka yang sudah profesional dalam dunia sihir sekaligus tahu persis tentang seluk beluk dunia setan.
Dikatakan demikian sebab tulisan mantera adalah sebentuk jimat yang urutan bahasanya dibuat berdasarkan kesepakatan tukang sihir dengan setan atau malah setan yang telah menyusun huruf-huruf tersebut dan menyuruh tukang sihir untuk membuatnya.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa hampir semua mantera ditulis dengan gaya tulisan yang aneh, kalaupun tulisan tersebut mengambil dari lafadz Al-Qur’an maka bentuk tulisannya disusun dengan berantakan supaya makna suci yang terkandung di dalam ayat tersebut hilang dan maknanya bertentangan dengan yang sesungguhnya. Tidak hanya itu kita juga sering menjumpai mantera yang berisi lafadz-lafadz suci namun ditulis dengan barang yang najis.
Sudah jelas permasalahannya sekarang mengapa semua mantera yang digunakan ahli sihir selalu dalam urutan-urutan kata atau kalimat yang membingungkan. Selain hal tersebut atas dasar petunjuk setan, makhluk durjana ini juga punya maksud utama yang tersembunyi, yaitu menanamkan kekufuran dengan cara yang begitu halus.
Adapun bentuk-bentuk tulisan ayat Al-Qur’an yang ditulis dengan barang najis tentu dimaksudkan untuk menghina dan melecehkan ayat-ayat suci Allah.
Dari kenyataan yang seperti ini, maka wajar jika Allah SWT menyebut tindakan sihir sebagai tindakan kafir. Jika dilihat dalam prakteknya, indikasi kekafiran itu memang benar-benar terlihat dan tindakan-tindakan kekafiran itu memang sepertinya telah dijadikan sebagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh tukang sihir dalam menjalin kerjasamanya dengan setan. Berikut beberapa persyaratan setan kepada tukang sihir;
1)    Syarat pertama adalah Setan meminta tukang sihir menghambakan diri kepadanya. Semua apa yang dimiliki tukang sihir, bahkan hidup dan matinya harus dipersembahkan kepada setan.
2)    Syarat berikutnya adalah bahwasanya tukang sihir harus memusuhi agama, mengumpat dan melecehkan.
3)    Hendaklah seorang penyihir selalu dalam keadaan kotor. Kotor dalam pengertian jasmani dan rohani.
4)    Tukang sihir diwajibkan melakukan dan mengerjakan perbuatan-perbuatan haram. Mejerumuskan diri dalam lembah-lembah kehinaan dan dosa besar yang sangat dimurkai Allah SWT.

Itulah beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tukang sihir dalam menjalin kerja sama dengan setan. Semua persyaratan yang diajukan oleh setan adalah berupa amalan-amalan yang bertujuan untuk memusyrikkan Allah sekaligus menentangnya. Hal ini memang sudah menjadi watak dasar dari setan yang sebenarnya ingin menjerumuskan manusia ke dalam api neraka.


       Dukun, Manusia yang Diperbudak Setan



Istilah dukun memiliki arti yang beragam. Tidak hanya menyebut sebagai tukang sihir, namun kata tersebut juga digunakan untuk menyebut sebuah profesi yang lain. Akan tetapi disini kita akan membahas dukun alias tukang sihir yang memiliki keahlian dalam meramal nasib seseorang, jodoh, pekerjaan dan lain-lain. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sejauh manakah pandangan Islam terhadap profesi dukun?
Dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, hampir semua kata “dukun” digunakan untuk mengartikan kata dari bahasa Arab “kahanah”. Al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan bahwa arti kata “kahanah” adalah mengaku tahu tentang ilmu ghaib, seperti mengabarkan akan terjadinya sesuatu di bumi.
Hakekat “kahanah” adalah pencurian jin tentang kabar yang ada di langit dari para malaikat lalu membisikkan ke telinga “kahin” (tukang kahanah/tukang sihir/dukun).
Dari pengertian ini maka dukun merujuk pada kata “kahanah” bisa diartikan sebagai tukang ramal atau ahli nujum yang mengabarkan sesuatu yang belum terjadi dengan cara apapun.
Imam Al-Khathabi bahwa dukun adalah sekelompok kaum yang memiliki hati garang dan jiwa jahat serta tabiat yang panas, sehingga setan merasa cocok dengan mereka karena ada kesamaan dan selalu setia membantu apa yang dikehendaki. Dari pengertian ini maka yang termasuk dalam kategori dukun adalah tukang santet, dukun tenun, tukang ramal, ahli gendam dan lain sebagainya yang dalam menjalankan profesinya memakai jasa bantuan setan.
Satu hal yang harus diketahui bahwa “persahabatan” manusia dengan setan dalam dunia perdukunan sesungguhnya bukan hanya sebagai timbal balik, namun lebih dari itu hubungan tersebut dibangun tasa dasar perbudakan. Dalam hal ini manusialah yang diperbudak oleh setan, bukan setan yang ditaklukkan manusia.
Pada saat seorang dukun sudah diperbudak setan, maka pada saat itulah setan dengan leluasa memperlakukan dukun dengan sesuka hatinya. Makhluk laknat ini tidak hanya memperlakukan manusia supaya bisa seperti dirinya (kufur terhadap Allah), tapi ia akan berusaha menjadikan manusia lebih buruk dan lebih jahat lagi dari perangainya.
Pada saat itulah sifat-sifat kemanusiaan dari si dukun tersebut akan hilang. Dukun tak lagi memiliki perasaan, rasa kasih sayangnya sirna dan belas kasihnya terhadap sesama musnah. Kemudian selanjutnya dukun akan mampu bertindak dan berbuat tanpa perasaan. Dia akan tega melakukan penganiayaan lewat sihirnya, tega berbuat nista, tega melakukan perbuatan yang bisa mencelakai orang, bahkan tega melakukan pembunuhan. Pada saat itulah yang nampak dari sosok seorang dukun adalah setan yang berkepala manusia.
Dilihat dari kenyataan demikian, maka dapat dipastikan bahwa profesi sebagai seorang dukun adalah perbuatan yang dilarang oleh agama.


      Hukum Mendatangi dan Mempercayai Ramalan Seorang Dukun

Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda;

“Dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW beliau bersabda, “Barang siapa yang mendatangi Kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap yang diturunkan kepada Muhammad” (HR. Abu Daud).

Dukun yang dimaksud dalam hadist di atas adalah suatu istilah yang pengertiannya lebih dekat dengan tukang sihir. Hal ini perlu digaris bawahi, sebab dalam perbendaharaan bahasa Indonesia antara dukun dengan kyai yang punya kelebihan ilmu karomah ada semacam kerancuan. Kedua istilah ini sering disamakan dengan sebutan “orang pintar”.
Ada perbedaan yang sangat mencolok antara keduanya, walaupun terkadang mereka punya kelebihan dan kemampuan yang sama  namun dengan latar belakang ilmu mereka kaji dan mereka miliki berbeda.
Bagi seorang dukun, disiplin ilmu yang mereka geluti adalah ilmu yang berhaluan hitam. Demikian juga dukun telah menjadikan setan sebagai “Guru mereka”. Sedangkan pada sisi lain, disiplin ilmu yang dipegang dari seorang kyai adalah ilmu agama. Kemampuan yang mereka miliki bersumber dari Allah, entah berupa karomah atau keyakinan kepada Allah begitu tinggi. Amaliyah yang mereka jalankan sesuai dengan apa yang disyari’atkan oleh agama.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadist Nabi SAW, ada beberapa hadist yang menjelaskan tentang hukum bagi seseorang yang mendatangi seorang dukun.

“Barang siapa yang mendatangi ‘Araaf atau dukun dan membenarkan apa yang dikatakan, sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad”.

Menurut Ibnu Taimiyah, kata ‘Araaf dan Kahin dalam hadist di atas adalah nama yang sama yang mengandung arti dukun. Dalam sebuah hadist lain juga dinyatakan bahwa seseorang yang mendatangi dukun dan bertanya tentang sesuatu kepadanya, maka shalat orang tersebut tidak akan diterima oleh Allah selama 40hari. Secara tegas Rasulullah SAW menyatakan itu;

“Barang siapa yang mendatangi ‘Araaf (tukang tenung) lalu menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari”.

Dari penjelasan ketiga hadist di atas, sudah jelas hukumnya mendatangi seorang dukun dan meminta bantuan kepadanya adalah kufur. Walaupun pengertian kufur disini tidak mengindikasikan kufur hakiki, namun setidaknya bagi seseorang yang mempercayai dukun sebagai orang yang mengetahui hal-hal ghaib, sama halnya dengan mengingkari sebagian ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Ajaran Islam secara tegas menyatakan bahwa tidak ada manusia satupun di bumi ini yang mengetahui hal-hal ghaib, bahkan apa yang akan terjadi nanti. Allah menegaskan hal ini dalam dua firmannya sebagai berikut;

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati” (QS. Luqman : 34).

Dalam ayat lain dijelaskan;
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ 

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. Dan Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di air” (QS. Al-An’am : 59).



1 Response to "PERSEKUTUAN JIN DAN MANUSIA (Part.2)"