SEJARAH AIR ZAM-ZAM
SEJARAH
AIR ZAM-ZAM
AIR
YANG TAK PERNAH KERING
PENUH
KEBERKAHAN
DAN
BUKTI KEBESARAN ALLAH SWT
Assalamu’alaikum sobat-sobat semua, dalam
kesempatan kali ini saya akan membahas tentang sejarah dan asal-usul Air
Zam-zam. Air yang bagi umat Islam merupakan karunia dan bukti kebesaran Allah
SWT, dimana sampai hari ini sumber mata air tersebut tak pernah mengalami
kekeringan apalagi habis meski dari dulu dari tahun ke tahun bahkan dari abad
ke abad diambil dan selalu dimanfaatkan oleh para jemaah Haji yang datang
menunaikan ibadah Haji di Mekkah.
Air
tersebut memiliki banyak manfaat dan keistimewaan serta keutamaan yang sangat
banyak, konon kabarnya air tersebut mampu menjadi penawar penyakit serta mampu
mengenyangkan bagi siapa saja yang meminumnya.
Bagaimana kisah dan asal-usul munculnya
sumber mata air yang bernama Air Zam-zam ini, mari kita simak penjelasan
dibawah ini.
A. Air Zam Zam Dan
Keistimewaannya
Bagi umat Islam, Air Zam-Zam adalah air yang
sangat istimewa. Air ini memiliki beberapa khasiat dan keutamaan yang sangat
baik untuk siapa saja yang meminumnya.
Dimana
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sebaik-baik air yang ada di muka Bumi adalah
Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit”.
Bagi kaum Muslimin yang datang ke Mekkah untuk menunaikan Ibadah Haji pasti
akan selalu mencari dan berusaha mendapatkan air Zam-Zam ini, oleh karena itu
pemerintah Saudi Arabia telah menyiapkan tempat khusus di berbagai tempat guna
memudahkan para jemaah haji yang ingin mengambil air zam-zam untuk diminum atau
dibawa pulang untuk buah tangan. Air tersebut di bagikan secara gratis tanpa
harus membeli atau membayar kepada pihak-pihak yang berwenang di Masjidil
Haram.
Letak sumur Zam-Zam tersebut masih dalam satu
komplek dengan Masjidil Haram, yakni 11
meter dari Ka’bah. Dengan kedalaman sumur 30 meter dengan pinggiran sumur
adalah 4 meter.
B. Makna Zam Zam
Makna kata Zam-Zam berasal dari kosakata
bahasa Arab yang memiliki arti, yang banyak atau melimpah. Menurut Syari’at,
air Zam-Zam berasal dari sumur Zam-Zam. Berjarak 38 Hasta atau 11 meter dari
Ka’bah.
Disebutkan
juga, bahwa nama Zam-zam memiliki banyak arti. Sebagaimana diketahui nama
Zam-Zam juga disebut Barrah(kebaikan), Madhmunah(yang berharga), Syifa’
Suqim(obat penyakit), Thayyibah(yang baik), Hazmah Jibril(galian jibril), Syarabul
Abrar(minuman orang-orang baik), Taktumu(yang tersembunyi), Tha’amu
Tu’im(makanan).
Zam-Zam berasal dari sebuah sumur yang mana
debit airnya sangat banyak dan berlimpah, tidak pernah habis meski terus-menerus
diambil setiap harinya dalam setiap kesempatan dan dibawa ke seluruh penjuru
dunia oleh kaum Muslimin.
Sejarah Munculnya Air Zam
Zam
Dikisahkan oleh Imam Al-Bukhari dalam
Shahih-nya, dari Hadist Ibnu ‘Abbas. Pada suatu hari, kedua istri Nabi Ibrahim
as terlibat pertikaian dan bertengkar, sehingga membuat Siti Sarah bersumpah
tidak akan tinggal satu rumah dengan Siti Hajar. Dari kejadian itulah, semuanya
berasal.
Saat
itu, turunlah sebuah wahyu kepada Nabi Ibrahim as agar mengajak istrinya, Siti
Hajar dan Nabi Isma’il as yang masih bayi dan menyusu untuk pergi ke suatu
tempat. Nabi Ibrahim as mengajak istri dan anaknya yang masih bayi tersebut ke
Mekkah atas perintah Jibril as.
Saat itu, Kota Makkah masih belum berpenghuni
dan belum banyak sumber mata air. Tak ada seorangpun disana, hanya mereka
bertiga. Sesampainya di sana, Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Siti Hajar dan
anaknya di sebuah pohon besar yang tepat berada di atas sumber air Zam-Zam.
Setelah
itu Nabi Ibrahim beranjak pergi setelah meletakkan kantong berisi Kurma dan
Air, namun istrinya Siti hajar mengikuti suaminya seraya berkata, “Wahai
Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dengan meninggalakan kami berdua sendirian
di tempat yang tiada manusia lain, selain kami saja?”.
Berulang
kali Siti Hajar bertanya, namun Nabi Ibrahim terus berlalu tanpa menengok
kepadanya. Sampai akhirnya Siti Hajar berseru kepadanya, “Apakah Allah yang
menyuruhmu melakukan ini?”.
“Ya”,
jawab Nabi Ibrahim.
“Kalau
begitu, Allah tidak akan menyengsarakan kami”, seru Siti Hajar.
Kembalilah
Hajar ke tempat semula, sedangkan Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya
dan meninggalkan istri dan anaknya, Nabi Isma’il.
Di tengah perjalanannya ke arah jalan ke
Kada’, tepat di sebuah perbukitan yang bernama Tsaniyah, Nabi Ibrahim berdoa
dan menghadap ke arah Baitullah sambil mengangkat kedua tangannya: “Ya Tuhan
kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di Lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau(Baitullah) yang dihormati. Ya
Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan Shalat. Maka jadikanlah
hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” [Ibrahim/14:37].
Siti Hajar pun mulai menyusui anaknya, Nabi
Isma’il dan meminum air dari kantong yang dibawa Nabi Ibrahim sebelumnya.
Hingga akhirnya air tersebut habis dan Nabi Isma’il mulai merasakan haus.
Siti
Hajar mulai cemas, tak tega melihat anaknya terus menangis karena kehausan. Dia
pun beranjak pergi untuk mencari sumber mata air. Dia menuju ke suatu bukit
yaitu Bukit Shafa, sesekali memandang ke sekeliling lembah barangkali menemukan
seseorang untuk meminta tolong. Akan tetapi tak ada satupun orang yang nampak
sejauh dia memandang.
Kemudian
dia turun dan kembali menemui sebuah bukit, bukit tersebut bernama Bukit
Marwah. Dia berdiri diatasnya dan sesekali memandang di sekitar lembah tersebut
barangkali ada orang di sana, namun lagi-lagi Siti Hajar tak menemukannya. Dia
lakukan hal yang sama hingga tujuh kali.
Namun
ketika Siti Hajar berada di atas bukit Marwah, ia mendengar sebuah suara. Dia
terus memastikan bahwa dia memang benar-benar mendengar suara, kemudian dia
berkata, “Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?”.
Seketika dia melihat Malaikat Jibril sedang
mengais tanah dengan sayapnya, kemudian dihentak-hentakkan kakinya di atas
tanah tersebut. Dan alangkah terkejutnya Siti Hajar ketika dia melihat air
memancar dari tempat Jibril berdiri dan mengais tanah tersebut.
Dia
pun bergegas menampungnya, diciduknya air tersebut dengan kedua tangannya dan
memasukkannya ke dalam kantong air yang kosong sebelumnya. Dia pun meminumnya
dan tak lupa memberikannya kepada putranya, Nabi Isma’il. Setelah Siti Hajar
selesai meminum air tersebut dan menciduknya, air tersebut justru terus keluar
dan semakin memancar dengan derasnya. Lalu Malaikat Jibril menghampirinya dan
berkata, “Jangan takut terlantar. Sesungguhnya di sinilah Baitullah akan
dibangun oleh anak ini (Isma’il) bersama Ayahnya kelak. Dan sesungguhnya, Allah
tidak akan menelantarkan hambanya”.
Beberapa saat kemudian, datanglah orang-orang
dari kabilah Jurhum turun ke lembah Makkah. Mereka sedang mencari sumber air
untuk diminumnya. Mereka melihat burung-burung yang berputar-putar di lembah tersebut.
Mereka berkata, “Burung-burung itu berputar-putar di sana, saya yakin di lembah
itu ada air”.
Lalu
mereka mengirim utusan untuk memastikan di lembah tersebut memang ada air, dan
ternyata dugaan orang-orang Jurhum tersebut tepat. Utusan itu kembali dan
memberitahukan kepada yang lain serta yang mengutusnya bahwasanya di tempat
tersebut terdapat sumber air yang melimpah.
Mereka
kemudian mendatanginya, dan meminta izin kepada Ummu Ismail bahwa mereka ingin
mengambil air tersebut untuk diminum. Ummu pun mempersilahkan dengan satu
syarat, mereka tidak berhak memiliki air tersebut dan orang-orang kabilah
Jurhum itu pun menyetujui persyaratan Ummu Ismail tersebut.
Penemuan Kembali Air Zam Zam
Suatu malam ketika Abdul Muthalib sedang
tidur di Hijr Ismail, dia mendengar sebuah suara misterius. Suara tersebut
meminta agar Abdul Muthalib menggali sebuah tanah.
“Galilah
Thayyibah (yang baik)!”. Kemudian ia menjawab suara tersebut, “Yang baik yang
mana?”.
Esoknya,
ia tidur di tempat yang sama. Lalu ia kembali mendengar suara yang sama dan
menyuruhnya menggali Barrah (yang baik). Abdul Muthalib pun bertanya, “Benda
yang baik yang mana?”.
Keesokan
harinya, Abdul Muthalib tidur di tempat yang sama di Hijr Ismail. Kemudian dia
kembali mendengar suara yang sama, suara tersebut menyuruhnya untuk menggali
Madhmunah(sesuatu yang berharga). Abdul Muthalib bertanya, “Benda yang baik
mana?”.
Akhirnya
pada hari keempat, suara tersebut berkata kepada Abdul Muthalib: “Galilah
Zam-Zam!”. Dia bertanya, “Apa itu Zam-Zam?”.
Suara
tersebut menjawab dan menjelaskan: “Air yang tidak pernah kering yang tidak
meluap, yang dengannya engkau memberi minum para haji. Dia terletak di antara
kotoran binatang dan darah. Berada diantara patukan gagak hitam, berada di
sarang semut”.
Sesaat Abdul Muthalib terdiam dan bingung
dengan tempat yang dijelaskan oleh suara misterius tersebut. Sampai akhirnya
Abdul Muthalib menemukan kejelasan dengan melihat suatu kejadian yang tak lain
sebuah isyarat kepadanya bahwa ditempat itulah yang dimaksud suara tersebut. Kemudian
dia pun mulai bergegas menggalinya dengan bantuan sang anak, Harits.
Orang-orang
Quraisy yang melintas di dekatnya bertanya kepada Abdul Muthalib, “Apa yang
engkau kerjakan, hai Abdul Muthalib?”. Dia pun menjawab, “Aku diperintahkan
untuk menggali Zam-Zam”.
Akhirnya
dia dan sang anak mendapatkan apa yang diisyaratkan dalam mimpinya beberapa
hari yang lalu, Abdul Muthalib kembali menemukan sumur Zam-Zam yang telah lama
dikubur dengan sengaja oleh orang-orang kabilah Jurhum saat mereka terusir dari
Makkah.
Keutamaan Dan Khasiat Air
Zam Zam
Air Zam-Zam memang sangat istimewa, memiliki
beberapa khasiat dan keutamaan. Sebagaimana pernah dijelaskan oleh Rasulullah
SAW dan para Ulama, bahwa air Zam-Zam memiliki barokah.
Berikut
dalil-dalil yang menunjukkan khasiat dan keutamaan air Zam-Zam dapat
disembutkan sebagai berikut.
ﻦﺑاو
ﺪﻤﺣأ ﻪﺟﺮﺧأ) ُﻪَﻟ َبِﺮُﺷ َﺎِﻤﻟ َمَﺰْﻣَز ُءﺎَﻣ :-َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ- ِﷲا
ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ٍسﺎﱠﺒَﻋ ِﻦْﺑاَو ٍﺮِﺑﺎَﺟ ْﻦَﻋ
ﻪﺟﺎﻣ)
“Dari
Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Air
Zam-Zam, tergantung niat orang yang meminumnya.”
Ibnu
Taimiyyah berkata,”Seseorang disunnahkan untuk meminum air Zam-Zam sampai
benar-benar kenyang, dan berdoa ketika meminumnya dengan doa-doa yang
dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengannya (menggunakan air Zam-Zam).”
ُﻪَﺘْﺑِﺮَﺷ
ْنِإ ُﻪَﻟ َبِﺮُﺷ َﺎِﻤﻟ َمَﺰْﻣَز ُءﺎَﻣ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﱠﻰﻠَﺻِ ﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ
َلَﺎﻗ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر ٍسﺎﱠﺒَﻋ ِﻦْﺑا ِﻦَﻋَو
ِﻪْﯿَﻠَﻋ
َﻞﯿِﺋاَﺮْﺒِﺟ ُﺔَﻣْﺰَﻫ َﻲِﻫَو ُﷲا ُﻪَﻌَﻄَﻗ َﻚِﺌْﻤَﻇ ِﻊْﻄَﻘِﻟ ُﻪَﺘْﺑِﺮَﺷ ْنِإَوُ ﷲا
َﻚَﻌَﺒْﺷَأ َﻚِﻌْﺒَﺸِﻟ ُﻪَﺘْﺑِﺮَﺷ ْنِإَوُ ﷲا َكَﺎﻔَﺷ ﻲِﻔْﺸَﺘْﺴَﺗ
ُمَﻼﱠﺴﻟا
ِﻪْﯿَﻠَﻋ َﻞْﯿِﻋﺎَﻤْﺳإ ِﷲا ﺎَﯿْﻘُﺳَو ُمَﻼﱠﺴﻟا
دﺎﻨﺳﻹا
ﺢﯿﺤﺻ لﺎﻗو ﻢﻛﺎﺤﻟاو ﻲﻨﻄﻗراﺪﻟا هاور
“Dari
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Air Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya.
Bila
engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau
meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-Zam
adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail.”
ﺎَﻫُﺪِﺠَﻧ
ﺎﱠﻨُﻛَو َمَﺰْﻣَز ْﻲِﻨْﻌَﯾ ًﺔَﻋﺎﱠﺒَﺷ ﺎَﻬْﯿﱢﻤَﺴُﻧ ﺎﱠﻨُﻛ ُلْﻮُﻘَﯾ ُﻪُﺘْﻌِﻤَﺳ َلﺎَﻗ
ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر ٍسﺎﱠﺒَﻋ ِﻦْﺑا ِﻦَﻋ ِﻞْﯿَﻔﱡﻄﻟا ْﻲِﺑَأ ْﻦَﻋَو
ﺮﯿﺒﻜﻟا
ﻲﻓ ﻲﻧاﺮﺒﻄﻟا هاور) ِلﺎَﯿِﻌْﻟا ﻰَﻠَﻋ ُنْﻮَﻌْﻟا َﻢْﻌِﻧ)
“Dari
Abi Thufail, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah bersabda,”Kami menyebut air Zam-Zam dengan syuba’ah (yang
mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam-Zam adalah sebaik-baik
pertolongan (kebutuhan atas kemiskinanan)”. [HR Tabrani]
ﺪﻤﺣأ
هاور (َﺄﱠﺿَﻮَﺗَو ُﻪْﻨِﻣ َبِﺮَﺸَﻓ َمَﺰْﻣَز ِءﺎَﻣ ْﻦِﻣ ﱟﻞِﺠِﺴِﺑ ﺎَﻋَد َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋُ
ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلﻮُﺳَر ﱠنِإ )
“Dari
Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang air Zam-Zam,
kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya” [HR Ahmad]
ﺢﯿﺤﺻ
ﺚﯾﺪﺣ ) . [ ( ْﻢِﻬﯿِﻘْﺴَﯾَو ﻰَﺿْﺮَﻤْﻟا َﻰﻠَﻋ ﱡﺐُﺼَﯾ َنﺎَﻛَو ِبَﺮِﻘْﻟاَو ْيِواَدَﻷا
ْﻲِﻓ ) َمَﺰْﻣَز َءﺎَﻣ ُﻞِﻤْﺤَﯾ َنﺎَﻛ)
“Disebutkan
dalam Silsilah Shahihah, adalah Rasululllah membawa air Zam-Zam di dalam
kantong-kantong air (yang terbuat dari kulit). Beliau menuangkan dan
membasuhkannya kepada orang yang sedang sakit”.
ﻪْﯿَﻠَﻋُ
ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﱡﻲِﺒﱠﻨﻟا َلﺎَﻘَﻓ َءﺎَﺤْﻄَﺒْﻟا ُﻊَﻤْﺠَﺗ َﻞﯿِﻋﺎَﻤْﺳِإ ﱡمُأ ْﺖَﻠَﻌَﺟ ِﻪِﺒِﻘَﻌِﺑ
َمَﺰْﻣَز َﺾَﻛَر َﻦْﯿِﺣ ُمَﻼﱠﺴﻟا ِﻪْﯿَﻠَﻋ َﻞْﯾِﺮْﺒِﺟ ﱠنِإ
ﺎًﻨْﯿِﻌَﻣ
ﺎًﻨْﯿَﻋ ْﺖَﻧَﺎﻛ ﺎَﻬْﺘَﻛَﺮَﺗ ْﻮَﻟ َﻞْﯿِﻋﺎَﻤْﺳِإ ﱠمُأَو ًاﺮِﺟﺎَﻫ ُﷲا َﻢِﺣَر : َﻢﱠﻠَﺳَو.
(
ﺢﯿﺤﺻ)
Tatkala
Jibril memukul Zam-Zam dengan tumit kakinya, Ummi Ismail segera mengumpulkan luapan
air. Nabi berkata,”Semoga Allah merahmati Hajar dan Ummu Ismail. Andai ia
membiarkannya, maka akan menjadi mata air yang menggenangi (seluruh permukaan
tanah).”
ِﻪْﺟَو
ﻰَﻠَﻋ ٍءﺎَﻣ ُﺮْﯿَﺧ“
:- َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋُ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ – ﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلَﺎﻗ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر ٍسﺎﱠﺒَﻋ
ِﻦْﺑا ِﻦَﻋَو
ِﻢْﻘﱠﺴﻟا
ُءﺎَﻔِﺷَو ،ِﻢْﻌﱠﻄﻟا ُمﺎَﻌَﻃ ِﻪْﯿِﻓ ،َمَﺰْﻣَز ُءﺎَﻣ ِضْرَْﻷا ”،
“Dari
Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sebaik-baik air
yang terdapat di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang
mengenyangkan dan penawar penyakit.”
Abu
Dzar al Ghifari berkata,”Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali
air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak
mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar.”
:
ِﻪْﯿَﻠَﻋُ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلْﻮُﺳَر ﱠنَِﺈﻓ َمَﺰْﻣَز ِءﺎَﻤِﺑ َﻚْﻨَﻋ ﺎَﻫْدِﺮْﺑَأ َلﺎَﻘَﻓ
َﻰُﻤْﺤﻟا ْﻲِﻨْﺗَﺬَﺧَﺄَﻓ َﺔﱠﻜَﻤِﺑ ٍسﺎﱠﺒَﻋ َﻦْﺑا ُﺲِﻟﺎَﺟُأ ُﺖْﻨُﻛ
َمَﺰْﻣَز
ِءﺎَﻤِﺑ َلَﺎﻗ ْوَأ ِءﺎَﻤْﻟﺎِﺑ ﺎَﻫوُدِﺮْﺑَﺄَﻓ َﻢﱠﻨَﻬَﺟِ ْﺢَﯿﻓ ْﻦِﻣ ﻰَﻤُﺤْﻟا ) َلﺎَﻗ
َﻢﱠﻠَﺳَو ) .
“Dari
Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba`i, ia berkata : “Aku duduk bersama Ibnu ‘Abbas
di Mekkah, tatkala demam menyerangku. Ibnu‘Abbas
mengatakan, dinginkanlah dengan air Zam-Zam, karena Rasulullah mengatakan,
sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka Jahannam, maka dinginkanlah dengan
air atau air Zam-Zam” [15]
َنَﺎﻛ
َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋُ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلْﻮُﺳَر ﱠنَأ ُﺮِﺒْﺨُﺗَو َمَﺰْﻣَز ِءﺎَﻣ ْﻦِﻣ ُﻞِﻤْﺤَﺗ
ْﺖَﻧﺎَﻛ ﺎَﻬﱠﻧَأ : ﺎَﻬْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر َﺔَﺸِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋ
ُﻪُﻠِﻤْﺤَﯾ
Dikisahkan dari ‘Aisyah, ia mengabarkan,
sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya(sebagai bekal). Ibnu Qayyim pernah
berkata, “Aku dan selain diriku telah mengalami suatu perkara yang ajaib saat
berobat dengan air Zam-Zam. Atas izin Allah, aku telah sembuh dari penyakit yang
menimpaku.
Suatu
hari aku menyaksikan seseorang telah menjadikan air Zam-Zam sebagai makanannya
selama beberapa hari, bahkan sampai sekitar setengah bulan lebih. Dia tidak
merasakan lapar, saat melaksanakan thawaf.
Dia
juga seperti memiliki kekuatan untuk melakukan jima’, berpuasa dan melaksanakan
thawaf”.
Dikisahkan suatu hari, beliau Rahimahulullah
berkata, “Ketika berada di Makkah, aku pernah mengalami sakit dan tiada tabib
dan obat (yang mampu menyembuhkannya). Aku pun meminum air Zam-Zam sebagai obat
sambil membaca atasnya secara berungkali (dengan Al-Fatihah), kemudian aku
meminumnya. Aku mendapati kesembuhan setelahnya, kemudian aku menjadikannya
sandaran saat mengalami rasa sakit, aku benar-benar mengambil manfaat darinya”.
Demikian penjelasan tentang air Zam-Zam,
Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kita
akan khasiat dan keutamaan air yang tak pernah habis ataupun kering
tersebut meski setiap hari diambil oleh banyak orang dari seluruh dunia untuk
diminum. Ini menjadi bukti akan kebesaran Allah SWT, karena sudah selayaknya
kita hendaknya semakin meningkatkan dan memperkuat keimanan kita kepada Allah
SWT.
Karena
Dia-lah yang Maha Penguasa, mengatur segala sesuatu yang ia kehendaki.
Wallahu
a’lam.
Terimakasih
telah berkunjung ke blog saya, ada kiranya kritik dan saran dipersilahkan untuk
meninggalkannya dalam kolom komentar.
Wassalam......
0 Response to "SEJARAH AIR ZAM-ZAM"
Post a Comment