Info

SEJARAH AIR ZAM-ZAM

SEJARAH AIR ZAM-ZAM
AIR YANG TAK PERNAH KERING
PENUH KEBERKAHAN
DAN BUKTI KEBESARAN ALLAH SWT



Assalamu’alaikum sobat-sobat semua, dalam kesempatan kali ini saya akan membahas tentang sejarah dan asal-usul Air Zam-zam. Air yang bagi umat Islam merupakan karunia dan bukti kebesaran Allah SWT, dimana sampai hari ini sumber mata air tersebut tak pernah mengalami kekeringan apalagi habis meski dari dulu dari tahun ke tahun bahkan dari abad ke abad diambil dan selalu dimanfaatkan oleh para jemaah Haji yang datang menunaikan ibadah Haji di Mekkah.
Air tersebut memiliki banyak manfaat dan keistimewaan serta keutamaan yang sangat banyak, konon kabarnya air tersebut mampu menjadi penawar penyakit serta mampu mengenyangkan bagi siapa saja yang meminumnya.
Bagaimana kisah dan asal-usul munculnya sumber mata air yang bernama Air Zam-zam ini, mari kita simak penjelasan dibawah ini.


A. Air Zam Zam Dan Keistimewaannya
Bagi umat Islam, Air Zam-Zam adalah air yang sangat istimewa. Air ini memiliki beberapa khasiat dan keutamaan yang sangat baik untuk siapa saja yang meminumnya.
Dimana Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sebaik-baik air yang ada di muka Bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit”. Bagi kaum Muslimin yang datang ke Mekkah untuk menunaikan Ibadah Haji pasti akan selalu mencari dan berusaha mendapatkan air Zam-Zam ini, oleh karena itu pemerintah Saudi Arabia telah menyiapkan tempat khusus di berbagai tempat guna memudahkan para jemaah haji yang ingin mengambil air zam-zam untuk diminum atau dibawa pulang untuk buah tangan. Air tersebut di bagikan secara gratis tanpa harus membeli atau membayar kepada pihak-pihak yang berwenang di Masjidil Haram.
Letak sumur Zam-Zam tersebut masih dalam satu komplek dengan  Masjidil Haram, yakni 11 meter dari Ka’bah. Dengan kedalaman sumur 30 meter dengan pinggiran sumur adalah 4 meter.





B. Makna Zam Zam
Makna kata Zam-Zam berasal dari kosakata bahasa Arab yang memiliki arti, yang banyak atau melimpah. Menurut Syari’at, air Zam-Zam berasal dari sumur Zam-Zam. Berjarak 38 Hasta atau 11 meter dari Ka’bah.
Disebutkan juga, bahwa nama Zam-zam memiliki banyak arti. Sebagaimana diketahui nama Zam-Zam juga disebut Barrah(kebaikan), Madhmunah(yang berharga), Syifa’ Suqim(obat penyakit), Thayyibah(yang baik), Hazmah Jibril(galian jibril), Syarabul Abrar(minuman orang-orang baik), Taktumu(yang tersembunyi), Tha’amu Tu’im(makanan).
Zam-Zam berasal dari sebuah sumur yang mana debit airnya sangat banyak dan berlimpah, tidak pernah habis meski terus-menerus diambil setiap harinya dalam setiap kesempatan dan dibawa ke seluruh penjuru dunia oleh kaum Muslimin.


Sejarah Munculnya Air Zam Zam


Dikisahkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya, dari Hadist Ibnu ‘Abbas. Pada suatu hari, kedua istri Nabi Ibrahim as terlibat pertikaian dan bertengkar, sehingga membuat Siti Sarah bersumpah tidak akan tinggal satu rumah dengan Siti Hajar. Dari kejadian itulah, semuanya berasal.
Saat itu, turunlah sebuah wahyu kepada Nabi Ibrahim as agar mengajak istrinya, Siti Hajar dan Nabi Isma’il as yang masih bayi dan menyusu untuk pergi ke suatu tempat. Nabi Ibrahim as mengajak istri dan anaknya yang masih bayi tersebut ke Mekkah atas perintah Jibril as.
Saat itu, Kota Makkah masih belum berpenghuni dan belum banyak sumber mata air. Tak ada seorangpun disana, hanya mereka bertiga. Sesampainya di sana, Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Siti Hajar dan anaknya di sebuah pohon besar yang tepat berada di atas sumber air Zam-Zam.
Setelah itu Nabi Ibrahim beranjak pergi setelah meletakkan kantong berisi Kurma dan Air, namun istrinya Siti hajar mengikuti suaminya seraya berkata, “Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dengan meninggalakan kami berdua sendirian di tempat yang tiada manusia lain, selain kami saja?”.
Berulang kali Siti Hajar bertanya, namun Nabi Ibrahim terus berlalu tanpa menengok kepadanya. Sampai akhirnya Siti Hajar berseru kepadanya, “Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?”.
“Ya”, jawab Nabi Ibrahim.
“Kalau begitu, Allah tidak akan menyengsarakan kami”, seru Siti Hajar.
Kembalilah Hajar ke tempat semula, sedangkan Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya dan meninggalkan istri dan anaknya, Nabi Isma’il.
Di tengah perjalanannya ke arah jalan ke Kada’, tepat di sebuah perbukitan yang bernama Tsaniyah, Nabi Ibrahim berdoa dan menghadap ke arah Baitullah sambil mengangkat kedua tangannya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di Lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau(Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan Shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” [Ibrahim/14:37].
Siti Hajar pun mulai menyusui anaknya, Nabi Isma’il dan meminum air dari kantong yang dibawa Nabi Ibrahim sebelumnya. Hingga akhirnya air tersebut habis dan Nabi Isma’il mulai merasakan haus.
Siti Hajar mulai cemas, tak tega melihat anaknya terus menangis karena kehausan. Dia pun beranjak pergi untuk mencari sumber mata air. Dia menuju ke suatu bukit yaitu Bukit Shafa, sesekali memandang ke sekeliling lembah barangkali menemukan seseorang untuk meminta tolong. Akan tetapi tak ada satupun orang yang nampak sejauh dia memandang.
Kemudian dia turun dan kembali menemui sebuah bukit, bukit tersebut bernama Bukit Marwah. Dia berdiri diatasnya dan sesekali memandang di sekitar lembah tersebut barangkali ada orang di sana, namun lagi-lagi Siti Hajar tak menemukannya. Dia lakukan hal yang sama hingga tujuh kali.
Namun ketika Siti Hajar berada di atas bukit Marwah, ia mendengar sebuah suara. Dia terus memastikan bahwa dia memang benar-benar mendengar suara, kemudian dia berkata, “Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?”.
Seketika dia melihat Malaikat Jibril sedang mengais tanah dengan sayapnya, kemudian dihentak-hentakkan kakinya di atas tanah tersebut. Dan alangkah terkejutnya Siti Hajar ketika dia melihat air memancar dari tempat Jibril berdiri dan mengais tanah tersebut.
Dia pun bergegas menampungnya, diciduknya air tersebut dengan kedua tangannya dan memasukkannya ke dalam kantong air yang kosong sebelumnya. Dia pun meminumnya dan tak lupa memberikannya kepada putranya, Nabi Isma’il. Setelah Siti Hajar selesai meminum air tersebut dan menciduknya, air tersebut justru terus keluar dan semakin memancar dengan derasnya. Lalu Malaikat Jibril menghampirinya dan berkata, “Jangan takut terlantar. Sesungguhnya di sinilah Baitullah akan dibangun oleh anak ini (Isma’il) bersama Ayahnya kelak. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan hambanya”.
Beberapa saat kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah Jurhum turun ke lembah Makkah. Mereka sedang mencari sumber air untuk diminumnya. Mereka melihat burung-burung yang berputar-putar di lembah tersebut. Mereka berkata, “Burung-burung itu berputar-putar di sana, saya yakin di lembah itu ada air”.
Lalu mereka mengirim utusan untuk memastikan di lembah tersebut memang ada air, dan ternyata dugaan orang-orang Jurhum tersebut tepat. Utusan itu kembali dan memberitahukan kepada yang lain serta yang mengutusnya bahwasanya di tempat tersebut terdapat sumber air yang melimpah.
Mereka kemudian mendatanginya, dan meminta izin kepada Ummu Ismail bahwa mereka ingin mengambil air tersebut untuk diminum. Ummu pun mempersilahkan dengan satu syarat, mereka tidak berhak memiliki air tersebut dan orang-orang kabilah Jurhum itu pun menyetujui persyaratan Ummu Ismail tersebut.


Penemuan Kembali Air Zam Zam
Suatu malam ketika Abdul Muthalib sedang tidur di Hijr Ismail, dia mendengar sebuah suara misterius. Suara tersebut meminta agar Abdul Muthalib menggali sebuah tanah.
“Galilah Thayyibah (yang baik)!”. Kemudian ia menjawab suara tersebut, “Yang baik yang mana?”.
Esoknya, ia tidur di tempat yang sama. Lalu ia kembali mendengar suara yang sama dan menyuruhnya menggali Barrah (yang baik). Abdul Muthalib pun bertanya, “Benda yang baik yang mana?”.
Keesokan harinya, Abdul Muthalib tidur di tempat yang sama di Hijr Ismail. Kemudian dia kembali mendengar suara yang sama, suara tersebut menyuruhnya untuk menggali Madhmunah(sesuatu yang berharga). Abdul Muthalib bertanya, “Benda yang baik mana?”.
Akhirnya pada hari keempat, suara tersebut berkata kepada Abdul Muthalib: “Galilah Zam-Zam!”. Dia bertanya, “Apa itu Zam-Zam?”.
Suara tersebut menjawab dan menjelaskan: “Air yang tidak pernah kering yang tidak meluap, yang dengannya engkau memberi minum para haji. Dia terletak di antara kotoran binatang dan darah. Berada diantara patukan gagak hitam, berada di sarang semut”.
Sesaat Abdul Muthalib terdiam dan bingung dengan tempat yang dijelaskan oleh suara misterius tersebut. Sampai akhirnya Abdul Muthalib menemukan kejelasan dengan melihat suatu kejadian yang tak lain sebuah isyarat kepadanya bahwa ditempat itulah yang dimaksud suara tersebut. Kemudian dia pun mulai bergegas menggalinya dengan bantuan sang anak, Harits.
Orang-orang Quraisy yang melintas di dekatnya bertanya kepada Abdul Muthalib, “Apa yang engkau kerjakan, hai Abdul Muthalib?”. Dia pun menjawab, “Aku diperintahkan untuk menggali Zam-Zam”.
Akhirnya dia dan sang anak mendapatkan apa yang diisyaratkan dalam mimpinya beberapa hari yang lalu, Abdul Muthalib kembali menemukan sumur Zam-Zam yang telah lama dikubur dengan sengaja oleh orang-orang kabilah Jurhum saat mereka terusir dari Makkah.


Keutamaan Dan Khasiat Air Zam Zam


Air Zam-Zam memang sangat istimewa, memiliki beberapa khasiat dan keutamaan. Sebagaimana pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dan para Ulama, bahwa air Zam-Zam memiliki barokah.
Berikut dalil-dalil yang menunjukkan khasiat dan keutamaan air Zam-Zam dapat disembutkan sebagai berikut.

ﻦﺑاو ﺪﻤﺣأ ﻪﺟﺮﺧأ) ُﻪَﻟ َبِﺮُﺷ َﺎِﻤﻟ َمَﺰْﻣَز ُءﺎَﻣ :-َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ- ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ٍسﺎﱠﺒَﻋ ِﻦْﺑاَو ٍﺮِﺑﺎَﺟ ْﻦَﻋ
ﻪﺟﺎﻣ)

Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang meminumnya.”
Ibnu Taimiyyah berkata,”Seseorang disunnahkan untuk meminum air Zam-Zam sampai benar-benar kenyang, dan berdoa ketika meminumnya dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengannya (menggunakan air Zam-Zam).”

ُﻪَﺘْﺑِﺮَﺷ ْنِإ ُﻪَﻟ َبِﺮُﺷ َﺎِﻤﻟ َمَﺰْﻣَز ُءﺎَﻣ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﱠﻰﻠَﺻِ ﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلَﺎﻗ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر ٍسﺎﱠﺒَﻋ ِﻦْﺑا ِﻦَﻋَو
ِﻪْﯿَﻠَﻋ َﻞﯿِﺋاَﺮْﺒِﺟ ُﺔَﻣْﺰَﻫ َﻲِﻫَو ُﷲا ُﻪَﻌَﻄَﻗ َﻚِﺌْﻤَﻇ ِﻊْﻄَﻘِﻟ ُﻪَﺘْﺑِﺮَﺷ ْنِإَوُ ﷲا َﻚَﻌَﺒْﺷَأ َﻚِﻌْﺒَﺸِﻟ ُﻪَﺘْﺑِﺮَﺷ ْنِإَوُ ﷲا َكَﺎﻔَﺷ ﻲِﻔْﺸَﺘْﺴَﺗ
ُمَﻼﱠﺴﻟا ِﻪْﯿَﻠَﻋ َﻞْﯿِﻋﺎَﻤْﺳإ ِﷲا ﺎَﯿْﻘُﺳَو ُمَﻼﱠﺴﻟا
دﺎﻨﺳﻹا ﺢﯿﺤﺻ لﺎﻗو ﻢﻛﺎﺤﻟاو ﻲﻨﻄﻗراﺪﻟا هاور

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Air Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya.
Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail.”

ﺎَﻫُﺪِﺠَﻧ ﺎﱠﻨُﻛَو َمَﺰْﻣَز ْﻲِﻨْﻌَﯾ ًﺔَﻋﺎﱠﺒَﺷ ﺎَﻬْﯿﱢﻤَﺴُﻧ ﺎﱠﻨُﻛ ُلْﻮُﻘَﯾ ُﻪُﺘْﻌِﻤَﺳ َلﺎَﻗ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر ٍسﺎﱠﺒَﻋ ِﻦْﺑا ِﻦَﻋ ِﻞْﯿَﻔﱡﻄﻟا ْﻲِﺑَأ ْﻦَﻋَو
ﺮﯿﺒﻜﻟا ﻲﻓ ﻲﻧاﺮﺒﻄﻟا هاور) ِلﺎَﯿِﻌْﻟا ﻰَﻠَﻋ ُنْﻮَﻌْﻟا َﻢْﻌِﻧ)

Dari Abi Thufail, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda,”Kami menyebut air Zam-Zam dengan syuba’ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam-Zam adalah sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas kemiskinanan)”. [HR Tabrani]

ﺪﻤﺣأ هاور (َﺄﱠﺿَﻮَﺗَو ُﻪْﻨِﻣ َبِﺮَﺸَﻓ َمَﺰْﻣَز ِءﺎَﻣ ْﻦِﻣ ﱟﻞِﺠِﺴِﺑ ﺎَﻋَد َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋُ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلﻮُﺳَر ﱠنِإ )

Dari Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang air Zam-Zam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya” [HR Ahmad]

ﺢﯿﺤﺻ ﺚﯾﺪﺣ ) . [ ( ْﻢِﻬﯿِﻘْﺴَﯾَو ﻰَﺿْﺮَﻤْﻟا َﻰﻠَﻋ ﱡﺐُﺼَﯾ َنﺎَﻛَو ِبَﺮِﻘْﻟاَو ْيِواَدَﻷا ْﻲِﻓ ) َمَﺰْﻣَز َءﺎَﻣ ُﻞِﻤْﺤَﯾ َنﺎَﻛ)
Disebutkan dalam Silsilah Shahihah, adalah Rasululllah membawa air Zam-Zam di dalam kantong-kantong air (yang terbuat dari kulit). Beliau menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang sedang sakit”.


ﻪْﯿَﻠَﻋُ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﱡﻲِﺒﱠﻨﻟا َلﺎَﻘَﻓ َءﺎَﺤْﻄَﺒْﻟا ُﻊَﻤْﺠَﺗ َﻞﯿِﻋﺎَﻤْﺳِإ ﱡمُأ ْﺖَﻠَﻌَﺟ ِﻪِﺒِﻘَﻌِﺑ َمَﺰْﻣَز َﺾَﻛَر َﻦْﯿِﺣ ُمَﻼﱠﺴﻟا ِﻪْﯿَﻠَﻋ َﻞْﯾِﺮْﺒِﺟ ﱠنِإ
ﺎًﻨْﯿِﻌَﻣ ﺎًﻨْﯿَﻋ ْﺖَﻧَﺎﻛ ﺎَﻬْﺘَﻛَﺮَﺗ ْﻮَﻟ َﻞْﯿِﻋﺎَﻤْﺳِإ ﱠمُأَو ًاﺮِﺟﺎَﻫ ُﷲا َﻢِﺣَر : َﻢﱠﻠَﺳَو.
( ﺢﯿﺤﺻ)
Tatkala Jibril memukul Zam-Zam dengan tumit kakinya, Ummi Ismail segera mengumpulkan luapan air. Nabi berkata,”Semoga Allah merahmati Hajar dan Ummu Ismail. Andai ia membiarkannya, maka akan menjadi mata air yang menggenangi (seluruh permukaan tanah).”

ِﻪْﺟَو ﻰَﻠَﻋ ٍءﺎَﻣ ُﺮْﯿَﺧ :- َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋُ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ – ﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلَﺎﻗ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر ٍسﺎﱠﺒَﻋ ِﻦْﺑا ِﻦَﻋَو
ِﻢْﻘﱠﺴﻟا ُءﺎَﻔِﺷَو ،ِﻢْﻌﱠﻄﻟا ُمﺎَﻌَﻃ ِﻪْﯿِﻓ ،َمَﺰْﻣَز ُءﺎَﻣ ِضْرَْﻷا ”،
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.”

Abu Dzar al Ghifari berkata,”Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar.”
: ِﻪْﯿَﻠَﻋُ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلْﻮُﺳَر ﱠنَِﺈﻓ َمَﺰْﻣَز ِءﺎَﻤِﺑ َﻚْﻨَﻋ ﺎَﻫْدِﺮْﺑَأ َلﺎَﻘَﻓ َﻰُﻤْﺤﻟا ْﻲِﻨْﺗَﺬَﺧَﺄَﻓ َﺔﱠﻜَﻤِﺑ ٍسﺎﱠﺒَﻋ َﻦْﺑا ُﺲِﻟﺎَﺟُأ ُﺖْﻨُﻛ
َمَﺰْﻣَز ِءﺎَﻤِﺑ َلَﺎﻗ ْوَأ ِءﺎَﻤْﻟﺎِﺑ ﺎَﻫوُدِﺮْﺑَﺄَﻓ َﻢﱠﻨَﻬَﺟِ ْﺢَﯿﻓ ْﻦِﻣ ﻰَﻤُﺤْﻟا ) َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ) .

Dari Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba`i, ia berkata : “Aku duduk bersama Ibnu ‘Abbas di Mekkah, tatkala demam menyerangku. IbnuAbbas mengatakan, dinginkanlah dengan air Zam-Zam, karena Rasulullah mengatakan, sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka Jahannam, maka dinginkanlah dengan air atau air Zam-Zam” [15]
َنَﺎﻛ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﯿَﻠَﻋُ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلْﻮُﺳَر ﱠنَأ ُﺮِﺒْﺨُﺗَو َمَﺰْﻣَز ِءﺎَﻣ ْﻦِﻣ ُﻞِﻤْﺤَﺗ ْﺖَﻧﺎَﻛ ﺎَﻬﱠﻧَأ : ﺎَﻬْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر َﺔَﺸِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋ
ُﻪُﻠِﻤْﺤَﯾ







Dikisahkan dari ‘Aisyah, ia mengabarkan, sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya(sebagai bekal). Ibnu Qayyim pernah berkata, “Aku dan selain diriku telah mengalami suatu perkara yang ajaib saat berobat dengan air Zam-Zam. Atas izin Allah, aku telah sembuh dari penyakit yang menimpaku.
Suatu hari aku menyaksikan seseorang telah menjadikan air Zam-Zam sebagai makanannya selama beberapa hari, bahkan sampai sekitar setengah bulan lebih. Dia tidak merasakan lapar, saat melaksanakan thawaf.
Dia juga seperti memiliki kekuatan untuk melakukan jima’, berpuasa dan melaksanakan thawaf”.
Dikisahkan suatu hari, beliau Rahimahulullah berkata, “Ketika berada di Makkah, aku pernah mengalami sakit dan tiada tabib dan obat (yang mampu menyembuhkannya). Aku pun meminum air Zam-Zam sebagai obat sambil membaca atasnya secara berungkali (dengan Al-Fatihah), kemudian aku meminumnya. Aku mendapati kesembuhan setelahnya, kemudian aku menjadikannya sandaran saat mengalami rasa sakit, aku benar-benar mengambil manfaat darinya”.
Demikian penjelasan tentang air Zam-Zam, Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kita  akan khasiat dan keutamaan air yang tak pernah habis ataupun kering tersebut meski setiap hari diambil oleh banyak orang dari seluruh dunia untuk diminum. Ini menjadi bukti akan kebesaran Allah SWT, karena sudah selayaknya kita hendaknya semakin meningkatkan dan memperkuat keimanan kita kepada Allah SWT.
Karena Dia-lah yang Maha Penguasa, mengatur segala sesuatu yang ia kehendaki.
Wallahu a’lam.



Terimakasih telah berkunjung ke blog saya, ada kiranya kritik dan saran dipersilahkan untuk meninggalkannya dalam kolom komentar.

Wassalam......

0 Response to "SEJARAH AIR ZAM-ZAM"

Post a Comment