Friday, July 22, 2016
Kisah-Kisah
Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW
Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW
1.Cerita Tentang Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam
Mari kita baca dan
renungkan bersama, semoga banyak hikmah yang bisa kita petik, sehingga kita
bisa meneladani beliau. Kalau pakaian beliau terkoyak atau robek, Rasulullah
shollallahu 'alaihi wasallam menambal dan menjahitnyanya sendiri tanpa perlu
menyuruh isterinya.
Beliau juga memerah
susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual. Setiap kali beliau
pulang ke rumah, bila dilihat tidak ada makanan yang sudah masak untuk dimakan,
sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya untuk membantu istrinya di
dapur.
Sayyidatina ‘Aisyah
rodliyallahu 'anhaa menceritakan: ”Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu
urusan rumah tangga. Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke
masjid, dan cepat-cepat pulang kembali sesudah selesai sholat. Pernah
Rasulullah pulang pada waktu pagi. Tentulah beliau amat lapar waktu itu.
Tetapi dilihatnya
tidak ada apa pun yang ada untuk di buat sarapan. Yang mentah
pun tidak ada karena
Sayyidatina ‘Aisyah rodliyallahu 'anhaa belum ke pasar. Maka beliau shollallahu
'alaihi wasallam bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?” (Khumaira adalah
panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti ‘Wahai yang kemerah-merahan).
Aisyah rodliyallahu 'anhaa menjawab dengan merasa agak serba salah, “Belum ada
apa-apa Yaa Rasulallah.”
Rasulullah lantas
berkata, ”Kalau begitu saya puasa saja hari ini.” tanpa sedikitpun tergambar rasa kesal
di wajahnya. Pernah Rasulullah bersabda, “sebaik-baik lelaki adalah yang paling
baik dan lemah lembut terhadap isterinya.”
Subhaanallaah....Prihatin,
sabar dan tawadhuknya Rasulullah sebagai kepala keluarga. Pada suatu ketika
Rasulullah menjadi imam sholat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan beliau
antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka
mendengar bunyi kemerutuk seolah-olah sendi-sendi pada tubuh beliau yang mulia
itu bergeser antara satu sama lain. Sahabat Umar yang tidak tahan melihat
keadaan beliau itu langsung bertanya setelah selesai sholat :
“Yaa Rasulallah, kami
melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah anda
sakit yaa Rasulallah?”
“Tidak, ya Umar.
Alhamdulillah, saya sehat dan segar” jawab beliau.
“Yaa Rasulallah… mengapa
setiap kali baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah
sendi bergesekan di tubuh baginda?
Kami yakin anda sedang
sakit…” desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah
mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis,
kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa
lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali
bergeraknya tubuh baginda.
“Yaa Rasulallah!
Adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan
mendapatkannya buat baginda?”
Lalu beliau menjawab
dengan lembut dan senyum, ”Tidak para sahabatku. Saya tahu, apa pun akan kalian
korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah yang akan saya jawab di hadapan ALLAH
nanti, apabila saya sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?” “Biarlah
kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang
kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat
kelak.”
Subhanallaah...betapa
cintanya beliau kepada umatnya.....sedang cinta kita kepada beliau??? apakah
kita sering ingat pada beliau??? apakah kita sering membaca sholawat untuk
beliau??? apakah akhlak Rasulullah yang begitu lembut, santun, pemaaf, ikhlas
dan tawadlu' serta selalu menyentuh hati telah kita teladani???
Baginda pernah tanpa
rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin
dan kotor.
Hanya diam dan
bersabar saat kain surbannya diambil dengan kasar oleh seorang
Arab Badwi hingga
berbekas merah di lehernya.
Dan dengan penuh rasa
kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencingi si Badwi di dalam masjid
sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.
Kecintaannya yang
tinggi terhadap ALLAH TA'ALA dan rasa kehambaan dalam diri Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam yang tinggi menjadikan beliau seorang yang tawadlu' yang tidak
ingin dimuliakan.
Anugerah kemuliaan
dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain, ketika di
depan umum maupun dalam kesendirian.
Ketika pintu Surga
telah terbuka, seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih berdiri di
waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah, hingga pernah
baginda terjatuh,
lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak
mampu menanggung
kemauan jiwanya yang tinggi.
Bila ditanya oleh
Sayyidatina ‘Aisyah rodliyallahu 'anhaa, “Yaa Rasulallah, bukankah anda telah
dijamin Surga? Mengapa anda masih bersusah payah begini?”
Jawab baginda dengan
lunak, “Yaa ‘Aisyah, bukankah saya ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya
saya ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”
Rasulullah benar-benar
sosok hamba yang sangat bersyukur kepada-Nya, beliau mensyukuri semua anugerah
yang beliau terima dengan ibadah yang sungguh-sungguh....Subhaanallaah.....
Renungan untuk kita,
bagaimana ibadah kita, sudahkah sungguh-sungguh sebagaimana Rasulullah??? atau
masih jauh dari rasa sungguh-sungguh??? ataukah masih merasa berat atau merasa
terbebani dengan ibadah-ibadah yang Allah wajibkan pada kita??? jawabannya ada
di hati kita masing-masing....bila kita mau berfikir memang
nikmat Allah pada kita banyak sehingga tidak mungkin kita menghitungnya, tapi
sayang banyak manusia yang tidak mau memikirkan dan merenungkan nikmat-nikmat
Allah yang telah diberikan-Nya, terutama nikmat IMAN dan ISLAM.
Allah telah berfirman
dalam QS. Al-Qolam ayat 4 yang terjemahnya "Dan sesungguhnya engkau
(Muhammad) benar-benar berakhlak (berbudi pekerti) yang agung".
Demikian sedikit apa
yang ana bisa sampaikan tentang agungnya dan mulianya Rasulullah, tidak lupa
ana sampaikan terima kasih kepada siapa yang menyempatkan waktu membaca artikel
sederhana ini.
2.Bismillahirrahmaanirrahiim
Diriwayatkan pada saat
itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap
menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam
peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan
dan ada uzur.
Saat mendekati kota
Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang
batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh,
kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
Sang manusia Agung
itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?" Si tukang batu menjawab,
"Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan
batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah
keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar."
Rasulullah adalah
manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat
tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasulpun
menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda, "Hadzihi yadun la
tamatsaha narun abada", 'inilah tangan yang tidak akan pernah
disentuh oleh api
neraka selama-lamanya'.
Rasulullah tidak
pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah,
Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang
batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang
dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar,
kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.
Suatu ketika seorang
laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja
yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai
bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi
sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau
ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi
sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia,
maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak
meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)
Orang-orang yang pasif
dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah
kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan
kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.
”Maka apabila telah
dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bum; dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
(QS. Al-Jumu’ah 10)
”Dan Allah menjadikan
bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas
di bumi ini”. (QS Nuh19-20)
”Siapa saja pada malam
hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”.
(HR. Ibnu Asakir dari Anas)
”Siapa saja pada sore
hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani
dan lbnu Abbas)
”Tidak ada yang lebih
baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil
usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”.
(HR. Bukhari)
”Sesungguhnya di
antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”.
Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR.
Bukhari)
”Barangsiapa yang
bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang
dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
3.Kisah Rasulullah dan Seorang Badui
PADA suatu masa,
ketika Nabi Muhammad SAW sedang tawaf di Kaabah, baginda mendengar seseorang di
hadapannya bertawaf sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”
Rasulullah SAW meniru
zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”
Orang itu berhenti di
satu sudut Kaabah dan menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah yang
berada di belakangnya menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu berasa
dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang
lelaki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah di lihatnya.
Orang itu berkata,
“Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ngejekku, karena aku ini
orang badui? Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan
kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata
orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata: “Tidakkah engkau
mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”
“Belum,” jawab orang
itu.
“Jadi bagaimana kamu
beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW.
“Saya percaya dengan
mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan
membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya,” jawab
orang Arab badwi itu.
Rasulullah SAW pun
berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan
penolongmu nanti di akhirat.”
Melihat Nabi di
hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu berkata, “Tuan
ini Nabi Muhammad?” “Ya,” jawab Nabi SAW.
Dengan segera orang
itu tunduk dan mencium kedua-dua kaki Rasulullah SAW. Melihat hal itu
Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badwi itu seraya berkata, “Wahai orang
Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan
oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan
untuk menjadi seorang yang takabur, yang minta dihormati atau diagungkan,
tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita
menakutkan bagi yang mengingkarinya.”
Ketika itulah turun
Malaikat Jibril untuk membawa berita dari langit, dia berkata, “Ya Muhammad,
Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman:
“Katakan kepada orang
Arab itu, agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah.
Ketahuilah bahwa Allah
akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik
yang kecil mahupun yang besar.”
Setelah menyampaikan
berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata, “Demi keagungan
serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba,
maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNya.”
Orang Arab badwi
berkata lagi, “Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan
memperhitungkan betapa kebesaran magfirahNya. Jika Dia memperhitungkan
kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya
pengampunanNya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan
memperhitungkan pula betapa dermawanNya.”
Mendengar ucapan orang
Arab badwi itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya
kata-kata orang Arab badwi itu sehingga air mata
meleleh membasahi
janggutnya.
Lantaran itu Malaikat
Jibril turun lagi seraya berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan
salam kepadamu dan berfirman: “Berhentilah engkau daripada menangis,
sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya,
sehingga ia bergoncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak
akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan
semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di syurga nanti.”
Betapa sukanya orang
Arab badwi itu, apabila mendengar berita itu dan menangis karena tidak berdaya
menahan rasa terharu.
bagus sekali dibaca kisah teladannya
ReplyDeletebackground konstruksi