Info

SERUAN BERIMAN KEPADA YANG GHAIB

SERUAN BERIMAN
KEPADA YANG GHAIB



Alhamdulillahi rabbil’alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah atas segala karunia nikmat yang telah Dia berikan. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan ke haribaan Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan juga kepada para sahabatnya.
Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan pentingnya kita manusia untuk percaya dan beriman kepada yang ghaib. Dimana kita hidup di dunia ini berdampingan dengan mahkluk dari dimensi lain yang keberadaannya tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang, hanya sebagian manusia yang memiliki kemampuan khusus untuk melihatnya.
Seorang Muslim dituntut untuk percaya akan keberadaan makhluk ghaib, salah satunya adalah keberadaan jin. Itu adalah salah satu rukun iman yang wajib diimani bagi muslim dimanapun dia berada. Kembali pada topik utama, jin adalah  salah satu dari makhluk ghaib yang diciptakan Allah selain Malaikat.
Karena jin termasuk dalam kategori makhluk ghaib, maka tak banyak yang kita tahu tentang eksistensi makhluk ini. Namun Al-Qur’an dan Hadist menyampaikan beberapa informasi dan menjelaskan tentang keberadaan mereka.
Satu hal yang pasti, bahwa jin sama dengan manusia, yakni sama-sama diberi beban menjalankan syariat agama. Tak hanya itu, kehidupan jin dan manusia kurang lebih sama. Mereka bermasyarakat, berkelompok dan memiliki keluarga (istri dan anak) layaknya manusia.
Begitu juga dengan golongan, ada dua jenis golongan jin yakni jin muslim (yang berperangai baik) dan jin kafir (berparangai buruk). Namun manusia diwajibkan waspada terhadap jin yang berperangai buruk (kafir), sebab mereka suka mengganggu dan usil terhadap manusia. Jin-jin yang seperti inilah yang akan menjerumuskan manusia pada kemusyrikan sekaligus kekufuran. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari bisikan dan gangguan jin dan sekutunya. Aamiin.


ISLAM ADALAH AGAMA YANG MEMPROKLAMIRKAN DIRI (SERUAN) UNTUK SELURUH MAKHLUK, TERMASUK JIN

Satu hal yang menarik adalah ternyata Islam telah memproklamirkan diri sebagai agama yang bukan saja diserukan kepada manusia, namun juga pada makhluk yakni bangsa jin. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam sebuah ayat;


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk menyembah-Ku” (QS. Adzariyaat : 56).

Ayat di atas menginformasikan bahwa penciptaan manusia dan jin sejak semula adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. Mereka juga dibebani kewajiban layaknya manusia dengan konsekuensi yakni mendapatkan azab Tuhan jika ingkar, dan memperoleh pahala jika beriman.
Dalam perkembangan selanjutnya Al-Qur’an mengisahkan bahwa jin, salah satu ciptaan Allah yang termasuk dalam kategori makhluk ghaib yang memiliki kesamaan dengan manusia yakni mereka ada yang ingkar dan ada yang beriman. Makhluk jin diberi kebebasan untuk memilih jalannya sendiri, apakah mereka memilih jalan sesat atau jalan yang benar.
Al-Qur’an secara khusus membicarakan tentang jin dan mengabadikannya dalam sebuah surat.Ada beberapa ayat menjelaskan bahwa sebagian golongan jin ada yang menerima ajakan dakwah Nabi SAW. Dikisahkan pada saat Rasulullah SAW membacakan ayat-ayat suci, sebagian dari mereka yang khusyu’ mendengarkan hingga mereka menjadi beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman;


“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembicaraan telah selesai, mereka kembali” (QS. Al-Ahqaf : 29).

Dalam ayat-ayat itu sekelompok jin mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang begitu menakjubkan. Perasaan inilah yang selanjutnya membuka mata hati mereka hingga akhirnya penuh kesadaran mereka menyatakan diri sebagai muslim.
Sama halnya dengan manusia, jin tidak semuanya muslim. Tidak semua bangsa jin menerima seruan risalah Muhammad SAW, hanya sebagian dari mereka yang tersentuh oleh hidayah Allah hingga mau menerima Islam sebagai agamanya.
Sesungguhnya Muhammad SAW diutus tidak hanya kepada manusia, namun beliau merupakan Nabi bagi seluruh bangsa jin. Itu artinya ke-Rasulan Muhammad SAW diserukan untuk dua dunia sekaligus, yakni dunia dari bangsa manusia dan dunia dari bangsa jin.



MISI KE-RASULAN NABI MUHAMMAD SAW DALAM MEYAKINKAN AJARANNYA (TAUHID) KEPADA MANUSIA AKAN KEBERADAAN MAKHLUK GHAIB BERNAMA JIN

Sebagai misi dari kelanjutan risalahnya, bahwa beliau diutus menjadi nabi yang diperuntukkan untuk dua dunia. Beliau mengemban tugas yang harus disampaikan kepada umatnya (manusia) bahwasanya mereka harus mempercayai adanya “dunia lain” selain dunia yang mereka tempati. Makhluk tersebut adalah makhluk ciptaan Allah SWT dari golongan bangsa jin, mereka tinggal berdampingan dengan kita di dunia namun mereka tinggal di dimensi yang berbeda dengan manusia dimana manusia tidak bisa hidup di dalamnya. Itu adalah bukti kebesaran Allah SWT.
Dalam misinya, Rasulullah SAW menyakinkan manusia bahwa ada hal-hal yang bersifat ghaib. Ini merupakan rangkaian misi untuk menanamkan ajaran tauhid. Dengan berbagai argumentasi baik secara logis maupun non logis bahwa dalam kehidupan ini sesungguhnya ada makhluk lain yang keberadaannya seperti tidak ada tetapi sesungguhnya ia ada. Makhluk yang tidak nampak namun mereka memiliki wujud.
Misi ini sesungguhnya merupakan misi yang tak kalah beratnya ketika Nabi harus memperkenalkan praktek peribadatan formal kepada umatnya. Tugas menanamkan keyakinan akan hal ghaib agar supaya manusia mempercayai keberadaan sesuatu yang tak nampak mata jauh lebih berat daripada misi-misi ajaran Rasulullah SAW sebelumnya.
Dikatakan seperti itu sebab hal ini bukan saja bertentangan dengan logika manusia, namun juga disebabkan oleh adanya keyakinan lain yang sebelumnya sudah menancap kuat di dalam hati mereka. Kesulitan untuk mengimankan manusia terhadap hal yang ghaib dipengaruhi oleh sifat dasar manusia yang tak gampang percaya dengan hal-hal yang tak masuk akal. Karena perkara ghaib itu bersifat ada namun seperti tidak ada, maka disinilah akal manusia seringkali menolak.
Akal hanya mau menerima hal-hal yang bisa dicerna dengan logika dan pikiran, selebihnya hal-hal yang tak dapat dilihat seringkali menganggap itu sebagai hal yang mustahil meski agama dengan jelas menyatakan keberadaannya.
Satu hal yang harus disadari adalah keyakinan terhadap hal ghaib termasuk salah satu pondasi keimanan seorang muslim. Karena jika seseorang yang mengaku sebagai orang Islam (muslim) namun ia tidak tidak percaya terhadap hal yang ghaib maka keimanan tersebut masih belum bisa dikatakan sempurna.


IMAN KEPADA YANG GHAIB

Dalam Al-Qur’an, Allah dengan tegas menyatakan bahwa di antara ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah beriman kepada hal ghaib. Allah berfirman;



“Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka” (QS. Al-Baqarah : 2-3).

Iman kepada yang ghaib adalah percaya kepada sesuatu yang sama sekali tidak nampak bagi indera dan akal sehingga betul-betul tidak bisa terjangkau oleh keduanya.
Menurut Yahya Saleh Basalamah dalam “Al Insan Wal Ghaib”, iman kepada hal yang ghaib terbagi dalam dua bagian, yaitu:

Pertama, percaya terhadap hal yang ghaib yang tidak mempunyai bukti. Dalam hal ini Allah hanya memberikan penjelasan bahwa perkara ghaib hanya Dia yang mengetahui. Selebihnya manusia tak mampu mengetahuinya namun tetap diwajibkan beriman terhadap keberadaannya. Dalam hal ini Al-Qur’an menjelaskan: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” (QS. Al-An’am ; 59)

Kedua,    percaya terhadap hal ghaib yang mempunyai bukti, yaitu seperti beriman kepada Allah sebagai pencipta dan segala sifat-sifat-Nya sekaligus bukti ke-Nabian. Termasuk iman terhadap adanya malaikat, adanya jin, setan, adanya hari akhir, adanya surga-neraka, kebangkitan setelah mati dan seterusnya.


Seruan ajaran Islam agar supaya meyakini terhadap hal yang ghaib di satu sisi mengindikasikan bahwa manusia dituntut yakin sepenuhnya bahwa ada dimensi lain yang berada di luar jangkauan kemampuan akal sehat kita. Sedangkan pada sisi yang lainnya menyimpulkan bahwa ajaran Islam ternyata bukan saja mengajarkan tentang rasionalitas akal sehat, namun lebih dari itu juga ajaran Islam menanamkan satu keyakinan dalam hati supaya manusia meyakini dengan sepenuhnya bahwa ada hal-hal yang bersifat irasional dalam kenyataan hidup ini.


PENUTUP
Demikian penjabaran tentang seruan kepada hal yang ghaib, kita sebagai manusia ciptaan-Nya sudah seharusnya beriman kepada Allah SWT sebagai Dzat yang menciptakaan hal yang ghaib.
Semoga kita semakin memperkuat Iman Islam kita, semakin bertaqwa kepada Allah SWT. Aamiin.
Sekian tulisan dari saya, ada kiranya penulis melakukan kesalahan dalam hal penulisan dan tata bahasa, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata, Wassalamu’alaikum wr.wb.

1 Response to "SERUAN BERIMAN KEPADA YANG GHAIB"