Friday, July 22, 2016
SERUAN BERIMAN KEPADA YANG GHAIB
SERUAN
BERIMAN
KEPADA
YANG GHAIB
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
atas segala karunia nikmat yang telah Dia berikan. Shalawat serta salam semoga
tetap terlimpahkan ke haribaan Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan juga
kepada para sahabatnya.
Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan
pentingnya kita manusia untuk percaya dan beriman kepada yang ghaib. Dimana
kita hidup di dunia ini berdampingan dengan mahkluk dari dimensi lain yang
keberadaannya tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang, hanya sebagian
manusia yang memiliki kemampuan khusus untuk melihatnya.
Seorang Muslim dituntut untuk percaya akan
keberadaan makhluk ghaib, salah satunya adalah keberadaan jin. Itu adalah salah
satu rukun iman yang wajib diimani bagi muslim dimanapun dia berada. Kembali
pada topik utama, jin adalah salah satu
dari makhluk ghaib yang diciptakan Allah selain Malaikat.
Karena
jin termasuk dalam kategori makhluk ghaib, maka tak banyak yang kita tahu
tentang eksistensi makhluk ini. Namun Al-Qur’an dan Hadist menyampaikan
beberapa informasi dan menjelaskan tentang keberadaan mereka.
Satu hal yang pasti, bahwa jin sama dengan
manusia, yakni sama-sama diberi beban menjalankan syariat agama. Tak hanya itu,
kehidupan jin dan manusia kurang lebih sama. Mereka bermasyarakat, berkelompok
dan memiliki keluarga (istri dan anak) layaknya manusia.
Begitu
juga dengan golongan, ada dua jenis golongan jin yakni jin muslim (yang
berperangai baik) dan jin kafir (berparangai buruk). Namun manusia diwajibkan
waspada terhadap jin yang berperangai buruk (kafir), sebab mereka suka
mengganggu dan usil terhadap manusia. Jin-jin yang seperti inilah yang akan
menjerumuskan manusia pada kemusyrikan sekaligus kekufuran. Semoga Allah
senantiasa melindungi kita dari bisikan dan gangguan jin dan sekutunya. Aamiin.
ISLAM ADALAH AGAMA YANG
MEMPROKLAMIRKAN DIRI (SERUAN) UNTUK SELURUH MAKHLUK, TERMASUK JIN
Satu hal yang menarik adalah ternyata Islam
telah memproklamirkan diri sebagai agama yang bukan saja diserukan kepada
manusia, namun juga pada makhluk yakni bangsa jin. Hal ini ditegaskan di dalam
Al-Qur’an, Allah berfirman dalam sebuah ayat;
“Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan hanya untuk menyembah-Ku” (QS. Adzariyaat : 56).
Ayat di atas menginformasikan bahwa
penciptaan manusia dan jin sejak semula adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Mereka juga dibebani kewajiban layaknya manusia dengan konsekuensi yakni
mendapatkan azab Tuhan jika ingkar, dan memperoleh pahala jika beriman.
Dalam
perkembangan selanjutnya Al-Qur’an mengisahkan bahwa jin, salah satu ciptaan
Allah yang termasuk dalam kategori makhluk ghaib yang memiliki kesamaan dengan
manusia yakni mereka ada yang ingkar dan ada yang beriman. Makhluk jin diberi
kebebasan untuk memilih jalannya sendiri, apakah mereka memilih jalan sesat
atau jalan yang benar.
Al-Qur’an
secara khusus membicarakan tentang jin dan mengabadikannya dalam sebuah
surat.Ada beberapa ayat menjelaskan bahwa sebagian golongan jin ada yang
menerima ajakan dakwah Nabi SAW. Dikisahkan pada saat Rasulullah SAW membacakan
ayat-ayat suci, sebagian dari mereka yang khusyu’ mendengarkan hingga mereka
menjadi beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman;
“Dan (ingatlah) ketika Kami
hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka ketika
mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: Diamlah kamu (untuk
mendengarkannya)”. Ketika pembicaraan telah selesai, mereka kembali” (QS. Al-Ahqaf : 29).
Dalam ayat-ayat itu sekelompok jin
mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang begitu menakjubkan. Perasaan inilah yang
selanjutnya membuka mata hati mereka hingga akhirnya penuh kesadaran mereka
menyatakan diri sebagai muslim.
Sama
halnya dengan manusia, jin tidak semuanya muslim. Tidak semua bangsa jin
menerima seruan risalah Muhammad SAW, hanya sebagian dari mereka yang tersentuh
oleh hidayah Allah hingga mau menerima Islam sebagai agamanya.
Sesungguhnya
Muhammad SAW diutus tidak hanya kepada manusia, namun beliau merupakan Nabi
bagi seluruh bangsa jin. Itu artinya ke-Rasulan Muhammad SAW diserukan untuk
dua dunia sekaligus, yakni dunia dari bangsa manusia dan dunia dari bangsa jin.
MISI KE-RASULAN NABI
MUHAMMAD SAW DALAM MEYAKINKAN AJARANNYA (TAUHID) KEPADA MANUSIA AKAN KEBERADAAN
MAKHLUK GHAIB BERNAMA JIN
Sebagai misi dari kelanjutan risalahnya,
bahwa beliau diutus menjadi nabi yang diperuntukkan untuk dua dunia. Beliau
mengemban tugas yang harus disampaikan kepada umatnya (manusia) bahwasanya
mereka harus mempercayai adanya “dunia lain” selain dunia yang mereka tempati.
Makhluk tersebut adalah makhluk ciptaan Allah SWT dari golongan bangsa jin,
mereka tinggal berdampingan dengan kita di dunia namun mereka tinggal di
dimensi yang berbeda dengan manusia dimana manusia tidak bisa hidup di
dalamnya. Itu adalah bukti kebesaran Allah SWT.
Dalam misinya, Rasulullah SAW menyakinkan
manusia bahwa ada hal-hal yang bersifat ghaib. Ini merupakan rangkaian misi
untuk menanamkan ajaran tauhid. Dengan berbagai argumentasi baik secara logis
maupun non logis bahwa dalam kehidupan ini sesungguhnya ada makhluk lain yang
keberadaannya seperti tidak ada tetapi sesungguhnya ia ada. Makhluk yang tidak
nampak namun mereka memiliki wujud.
Misi
ini sesungguhnya merupakan misi yang tak kalah beratnya ketika Nabi harus
memperkenalkan praktek peribadatan formal kepada umatnya. Tugas menanamkan
keyakinan akan hal ghaib agar supaya manusia mempercayai keberadaan sesuatu
yang tak nampak mata jauh lebih berat daripada misi-misi ajaran Rasulullah SAW
sebelumnya.
Dikatakan seperti itu sebab hal ini bukan
saja bertentangan dengan logika manusia, namun juga disebabkan oleh adanya
keyakinan lain yang sebelumnya sudah menancap kuat di dalam hati mereka.
Kesulitan untuk mengimankan manusia terhadap hal yang ghaib dipengaruhi oleh
sifat dasar manusia yang tak gampang percaya dengan hal-hal yang tak masuk
akal. Karena perkara ghaib itu bersifat ada namun seperti tidak ada, maka
disinilah akal manusia seringkali menolak.
Akal
hanya mau menerima hal-hal yang bisa dicerna dengan logika dan pikiran,
selebihnya hal-hal yang tak dapat dilihat seringkali menganggap itu sebagai hal
yang mustahil meski agama dengan jelas menyatakan keberadaannya.
Satu hal yang harus disadari adalah keyakinan
terhadap hal ghaib termasuk salah satu pondasi keimanan seorang muslim. Karena
jika seseorang yang mengaku sebagai orang Islam (muslim) namun ia tidak tidak
percaya terhadap hal yang ghaib maka keimanan tersebut masih belum bisa
dikatakan sempurna.
IMAN KEPADA YANG GHAIB
Dalam Al-Qur’an, Allah dengan tegas
menyatakan bahwa di antara ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah beriman kepada
hal ghaib. Allah berfirman;
“Kitab Al-Qur’an ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian
rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka” (QS.
Al-Baqarah : 2-3).
Iman kepada yang ghaib adalah percaya kepada
sesuatu yang sama sekali tidak nampak bagi indera dan akal sehingga betul-betul
tidak bisa terjangkau oleh keduanya.
Menurut
Yahya Saleh Basalamah dalam “Al Insan
Wal Ghaib”, iman kepada hal yang ghaib terbagi dalam dua bagian, yaitu:
Pertama,
percaya terhadap hal yang ghaib yang tidak mempunyai bukti. Dalam hal ini Allah
hanya memberikan penjelasan bahwa perkara ghaib hanya Dia yang mengetahui.
Selebihnya manusia tak mampu mengetahuinya namun tetap diwajibkan beriman
terhadap keberadaannya. Dalam hal ini Al-Qur’an menjelaskan: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua
yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” (QS. Al-An’am ; 59)
Kedua, percaya terhadap hal ghaib yang mempunyai
bukti, yaitu seperti beriman kepada Allah sebagai pencipta dan segala
sifat-sifat-Nya sekaligus bukti ke-Nabian. Termasuk iman terhadap adanya
malaikat, adanya jin, setan, adanya hari akhir, adanya surga-neraka,
kebangkitan setelah mati dan seterusnya.
Seruan ajaran Islam agar supaya meyakini
terhadap hal yang ghaib di satu sisi mengindikasikan bahwa manusia dituntut
yakin sepenuhnya bahwa ada dimensi lain yang berada di luar jangkauan kemampuan
akal sehat kita. Sedangkan pada sisi yang lainnya menyimpulkan bahwa ajaran Islam
ternyata bukan saja mengajarkan tentang rasionalitas akal sehat, namun lebih
dari itu juga ajaran Islam menanamkan satu keyakinan dalam hati supaya manusia
meyakini dengan sepenuhnya bahwa ada hal-hal yang bersifat irasional dalam
kenyataan hidup ini.
PENUTUP
Demikian penjabaran tentang seruan kepada hal
yang ghaib, kita sebagai manusia ciptaan-Nya sudah seharusnya beriman kepada
Allah SWT sebagai Dzat yang menciptakaan hal yang ghaib.
Semoga
kita semakin memperkuat Iman Islam kita, semakin bertaqwa kepada Allah SWT.
Aamiin.
Sekian
tulisan dari saya, ada kiranya penulis melakukan kesalahan dalam hal penulisan
dan tata bahasa, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata, Wassalamu’alaikum
wr.wb.
nice info ijin share kak
ReplyDeleteharga excavator baru 2017