Friday, July 22, 2016
Pengetahuan Umum
MENGENAL KOTA BUKHARA, KOTA ASAL IMAM BUKHARI (Part.2)
MENGENAL KOTA BUKHARA
KOTA ASAL IMAM BUKHARI
SALAH SATU IMAM BESAR UMAT ISLAM
(Part.2)
FASE PERIODE UZBEK
Pada tahun 905 H, Bukhara berada dalam kekuasaan
orang-orang Uzbek. Dengan dipimpin oleh dua amir dari kabilah Syaiban al-Uzbek
yakni Ubaidullah bin Mahmud dan Abdullah bin Iskandar. Di bawah kepemimpinan
dua amir tersebut, Bukhara kembali pada tradisinya yaitu menjadi pusat kajian
ilmu, perkembangan politik dan budaya. Pada masa kepemimpinan dua kabilah
berikutnya yakni al-Janiyah dan al-Ostrakhaniyah, Bukhara semakin berkembang.
Kemudian pada tahun 10 H/17-18 M, para pemimpin
Uzbek menjalin hubungan dengan Kekaisaran Rusia. Orang-orang Asia Tengah atau
Turkmenistan Timur mendapat julukan Orang Bukhara dari orang-orang Rusia, ini
menunjukkan betapa masyhurnya kota Bukhara di negara berjuluk Beruang Merah
itu.
Pada masa pemerintahan Khan Abdul Aziz yang
memerintah pada tahun 1055-1091 H/1645-1680 M adalah akhir dari masa kejayaan
dan keemasan Bukhara. Kemudian periode berikutnya adalah masa kemunduran dan
perpecahan, dimana banyak para amir di Bukhara terpecah-pecah dalam wilayah
kekuasaan yang kecil.
FASE PENJAJAHAN UNI SOVIET/RUSIA
Sebelum Uni Soviet/Rusia masuk dan menjajah Bukhara,
pada tahun 1153 H/1740 M wilayah tersebut dikuasai oleh Nadir Syah, Raja dari
Kerajaan Syiah Shafawi. Namun kekuasaan Shafawi atas Bukhara tidak berlangsung
lama, dikarenakan sang Raja wafat dan Bukhara akhirnya merdeka dari
pemerintahan Syiah Shafawi. Pasca wafatnya Nadir Syah dan merdekanya Bukhara,
muncul keluarga al-Manikitiya. Dengan Muhammad Rahim diangkat sebagai Khan pada
tahun 1170 H. Kemudian sang Khan mengembalikan kembali identitas Bukhara
sebagai kota Islam dan menegakkan syariat.
Pada masa berikutnya dibawah pimpinan al-Amir
Muzhaffaruddin Syah periode tahun 1277-1302 H/1885-1860 M, Uni Soviet mulai
masuk dan mencengkeram negeri-negeri seberang sungai termasuk Bukhara. Hal itu
juga yang memaksa sang pemimpin Bukhara waktu itu yakni al-Amir Muzhaffaruddin menyerahkan
sebagian wilayah kekuasaannya kepada mereka.
Pada akhir abad 19 M, Soviet membangun fasilitas modern di pinggiran
wilayah Bukhara. Bahkan mereka menamai wilayah tersebut dengan nama Bukhara
Modern.
Kemudian di tahun 1302-1328 H/1885-1910 H, Bukhara
dipimpin oleh Abdul Ahad Khan. Di masa pemerintahannya, sektor perekonomian di
Bukhara mengalami peningkatan secara pesat. Bukhara bertransformasi menjadi
kota industri, produk-produk yang dihasilkan diantaranya besi, emas dan wol.
Hal ini menarik para investor untuk berinvestasi di Bukhara. Tidak itu
saja, hal tersebut juga menarik para tenaga kerja dari Bukhara maupun dari luar
Bukhara untuk mengadu nasib di sana. Abdul Ahad Khan tidak lupa menyumbangkan
sebagian pendapatan kota Bukhara untuk pembangunan tanah suci Mekkah dan
Madinah, itu dilakukan atas limpahan berkah yang menghampiri kota Bukhara.
Di bawah kepemimpinan Abdul Ahad Khan, Bukhara
menjadi sebuah wilayah yang independen yang tetap memegang nilai-nilai Islam
dan terus mempertahankannya sejak 1887 sampai 1920 M. Karena pengaruh dan
dominasi Rusia di wilayah-wilayah tetangga mulai meresahkan Abdul Ahad Khan.
Apalagi Uni Soviet dan Inggris telah berhasil memasuki wilayah Afghanistan.
Pemerintahan Abdul Ahad Khan diteruskan oleh putranya bernama Amir
Alim Khan yang memerintah dari tahun 1340 H/1922 M. Namun di bawah
pemerintahannya, Bukhara tak lebih baik. Malah membuat Uni Soviet berhasil
berkuasa penuh atas Bukhara.
Hingga pada akhirnya Uni Soviet membagi-bagi wilayah
Asia Tengah menjadi beberapa bagian menurut suku mereka masing-masing. Wilayah
tersebut diantaranya ialah Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Kyrgizstan dan
Turkmenistan. Inilah tabiat kolonialisme, membuat sekat-sekat dan garis rumpun
yang sama.
Pemerintahan Komunis Soviet memberi kesan buruk bagi perkembangan
Islam di Bukhara, mereka tidak segan melakukan kekerasan demi mencapai
keinginannya yaitu mendoktrin seluruh masyarakat dan penduduk Bukhara untuk
jauh dari nilai-nilai Islam. Bahkan para Komunis juga memaksa para muslimah
untuk melepaskan jilbab-jilbab yang telah menjadi kebiasaan para wanita
muslimah di Bukhara.
Puluhan ribu Masjid yang berada di Bukhara dan seluruh Uzbek ditutup
paksa oleh pimpinan Komunis Soviet, Stalin. Hingga Uzbekistan mendapat
kemerdekaannya, jumlah Masjid di Uzbekistan berjumlah tak sampai seratus
Masjid. Miris!
FASE BUKHARA MODERN
Pada tanggal 31 Agustus 1991, Uzbekistan mendapatkan
kemerdekaannya dari Uni Soviet/Rusia. Sejak saat itulah, bangsa Tajik yang
mendiami Uzbek mulai mengurangi secara bertahap pengaruh Uni Soviet yang telah
terlanjur melekat dalam masyarakat Uzbek. Sedikit demi sedikit nilai-nilai
Islam kembali dibangkitkan, namun begitu kentalnya pengaruh Soviet membuat
mereka telah lupa tentang Islam.
Dulu Asia tengah memiliki peradaban tinggi, pusat politik, pusat
kajian ilmu-ilmu pengetahuan dan agama serta berkumpulnya para Ulama besar dan
sastrawan. Apalagi berbicara tentang Bukhara, Uzbekistan, secara umum di masa
kini sangat jauh berbeda dibanding masa kejayaan Bukhara dan wilayah-wilayah
sekitarnya.
Di zaman dahulu, Bahasa Arab, Turki dan Persia menggema dimana-mana.
Puisi dan Karya Sastra bernilai seni tinggi diciptakan di sini. Kesusastraan
menjadi kebanggaan.
Namun lain dulu lain sekarang. Di Uzbekistan bahasa
Rusia adalah bahasa pemersatu alias bahasa nasional. Tradisi dan nilai-nilai
Islam terputus dari sendi kehidupan masyarakat Uzbek setelah seabad lebih di
bawah pemerintahan Komunis. Kewajiban seperti Shalat dan Puasa benar-benar
telah dilupakan oleh masyarakat Uzbek, Adzan dan huruf-huruf Arab tak pernah
terdengar dari mayoritas penduduk Uzbek yang mengaku Muslim ini. Orang Uzbek
begitu kagum dan heran ketika ada seseorang yang menyapa dengan
“Assalamu’alaikum”, karena selama ini sapaan yang terbiasa mereka dengar adalah
“Halo”.
Di Bukhara atau umumnya di Uzbek, praktik Islam
hanya dilakukan oleh beberapa orang saja atau kalangan tua di sana. Pengaruh
Komunis benar-benar telah membuat cahaya Islam di negeri seberang sungai
tersebut hampir tenggelam dan hilang dari nilai-nilai Islam yang selama
berabad-abad dibangun dan dijaga oleh para pendiri peradaban di wilayah-wilayah
Asia Tengah tersebut.
Rezim komunis dan sekuler, telah merubah karakter Islam di Uzbekistan.
Madrasah bagi umat Islam digunakan sebagai menuntut ilmu tentang Islam, menjadi
museum atau toko. Masjid disulap menjadi tempat wisata. Para generasi muda
Uzbek asyik bergandengan tangan dan berpelukan menikmati arsitektur Islam.
Wanita-wanita Uzbek dan Tajik mengumbar aurat mereka dengan berpakaian
trendi ala Barat, mengenakan rok mini, sepatu hak tinggi dan stoking tembus
pandang. Benar-benar jauh dari nilai-nilai Islam.
Dan yang lebih menyesakkan adalah pembangunan sebuah diskotik bawah
tanah yang berada tak jauh dari Masjid di Kota Bukhara. Diskotik tersebut milik
salah satu anggota keluarga presiden Uzbek, Islam Karimov (namanya berbau
Islam, tapi tidak menanamkan nilai-nilai Islam. Miris!).
Melihat sejarahnya, Bukhara atau Uzbekistan adalah
sebuah wilayah yang kaya akan sumber daya alamnya. Hasil bumi yang dihasilkan
seperti Emas dan Besi adalah produk unggulan wilayah tersebut.
Namun keberkahan dan hasil sumber daya alam yang melimpah hilang
karena sedikitnya rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, Allah turunkan musibah
dengan penguasa-penguasa yang buruk penuh dosa yang mereka buat. Yang pada
akhirnya membuat keadaan mereka semakin buruk dengan banyaknya akhlak-akhlak
masyarakatnya yang begitu rendah!
Peninggalan Islam di Bukhara
Mesjid Menara Kaylan
Berbicara tentang situs peninggalan Islam di kota
Bukhara, sangatlah banyak dan tentunya penuh sejarah. Namun situs tersebut
banyak yang dihancurkan oleh penjajah Mongol dan Komunis Soviet saat menjajah
Bukhara dan wilayah-wilayah Asia Tengah.Terdapat tak kurang lebih dari 140
situs sejarah Islam ada di sana. Diantara situs sejarah Islam di sana ialah:
Masjid Menara Kalon atau Masjid Kaylan. Masjid tersebut dibangun pada tahun
1121 M oleh Arslan Khan.
Akan tetapi saat 30.000 Pasukan Tartar pimpinan Jengis Khan menyerang
Bukhara, Masjid tersebut dibakar dan hanya menyisakan menaranya yang tetap
utuh. Penduduk di sana dibantai, mereka dipegggal hingga kepala mereka
membentuk piramida. Namun anehnya saat di depan Menara Kalon, Jengis Khan
terpukau dengan bangunan tersebut. Atas penghormatannya terhadap kemegahan
menara tersebut, ia membiarkan menara Kalon tetap utuh dan tegak berdiri.
Pasca pasukan Mongol membumi hanguskan Bukhara, semua unsur di Bukhara
dibangun kembali termasuk Masjid Kalon. Saat masjid Kalon dibangun tidak dengan
menaranya, karena Jengis Khan tetap membiarkan bangunan tersebut tetap tegak
berdiri. Sehingga nampak perbedaan umur antara Masjid dan Menaranya. Menara
Kalon yang telah berusia 1000 tahun, sedangkan Masjidnya baru berusia 500-an
tahun.
Selain Masjid dan Menara Kalon, ada situs bangunan sejarah di Bukhara
yang tak kalah bernilai sejarah yang panjang. Bangunan tersebut adalah Kubah
Samani, kubah tersebut dibangun di tahun 892 M oleh Ismail nin Ahmad as-Samani
pada masa pemerintahan Daulah Samaniyah.
Selain itu bangunan sejarah lain di Bukhara adalah Gerbang Selatan di
salah satu Masjid Bukhara yang dibangun oleh orang-orang al-Qarakhani pada abad
ke-6 H, Masjid Namazkah yang dibangun pada abad ke-6 H, Masjid Biland yang
dibangun pada abad ke-16 M.
PARA ULAMA DAN TOKOH BUKHARA
Dalam sejarahnya, Bukhara telah menjadi kota pusat
studi dan kajian Islam. Di kota ini telah banyak melahirkan Ulama dan
Tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam. Diantara tokoh-tokoh masyhur di kalangan
Ulama adalah Ishaq bin Rahawih dan tentunya Imam al-Bukhari. Sedangkan tokoh
sejarah secara umum, seorang ilmuwan terkenal Abu Ali al-Husein bin Abdullah
bin Sina atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina. Beliau lahir dari zaman
peradaban Bukhara.
Di wilayah lain di Uzbekistan tepatnya di daerah Khawarizm, ada
seorang ilmuan Matematika yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Musa
al-Khawarizmi. Nama al-Khawarizmi dalam bahasa latin dikenal dengan nama
Algoritma.
Abu Ali Al-Husein bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina
Abu Abdullah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi
PELAJARAN DARI KISAH BUKHARA
1.
Masuknya Islam ke suatu daerah, sangat berdampak
besar terhadap kemajuan wilayah tersebut.
2. Ketika
Islam yang murni diterapkan dan sesuai syariat, maka akan membawa keberkahan
kepada penduduk dan daerahnya.
3. Komunisme
memang sangat buruk pengaruhnya terhadap Islam dan kaum muslimin, bahkan lebih
buruk dari demokrasi liberal.
4. Umat
Islam wajib bersyukur dengan nikmat Islam; mengimaninya dengan hati,
mendakwahkannya, dan menerapkannya dalam amalan. Ketika mereka kufur, maka
Allah ganti kemuliaan mereka dengan kehinaan dan keterpurukan.
5.
Umat Islam hendaknya mengambil pelajaran dari
sejarah mereka. Berpegang teguh dengan Islam bukanlah kemunduran. Justru jauh
dari Islam-lah yang akan mendatangkan kemunduran.
0 Response to "MENGENAL KOTA BUKHARA, KOTA ASAL IMAM BUKHARI (Part.2)"
Post a Comment